Jumat, 21 September 2018

KIAT MUGALEMON

Sejak pelantikan Kepengurusan Asosiasi Museum Indonesia-DKI Paramita Jaya yang baru, para anggotanya diajak untuk aktif terlibat kegiatan bersama yang dikomunikasikan dengan grup WA. Rutin setiap bulan ada berbagai program, seminar-seminar dengan berbagai narasumber dari dalam dan luar negeri, Pameran, tour, Rapat Teknis, dan lain-lain. Ajakan itu sungguh bermanfaat dan berdampak positif. Selain para anggota saling mengenal, mempererat tali silaturahmi, juga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. 

Pertemuan bulanan Mugalemon (=Museum Galeri dan Monumen) edisi Agustus 2018 bertempat di Museum MACAN atau The Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara pada Senin 6 Agustus yang lalu. Pertemuan yang dihadiri perwakilan dari berbagai Museum di DKI di buka oleh ‘tuan rumah’ Chairwoman Yayasan Museum MACAN Fanessa Adikoesumo dan Direktur Museum MACAN Aaron Seeto. Sementara Pak Yiyok Ketua AMIDA Paramita Jaya, dalam sambutannya berharap melalui pertemuan Mugalemon ini, anggota AMIDA DKI dapat belajar bagaimana mengelola sebuah museum agar pengunjungnya antusias datang. 

Usai sambutan dilanjutkan sharing dari Ibu Ajeng Ayu Araini Kasih S.Hum, M.A. Ibu Ajeng adalah sejarawan lulusan UI dan dosen sejarah di almamaternya. Saat ini beliau sedang studi lanjut di Belanda, dan kebetulan sedang kembali ke Indonesia untuk mengumpulkan data riset sebelum kembali lagi ke Belanda. Bu Ajeng sharing pengalaman sewaktu mengelola Museum Ceria sebelum ditinggalkannya karena studinya di luar negeri.




Yang pertama perlu diperhatikan adalah unsur Relevan. Maksudnya relevan ialah bukan mengenai sesuatu yang sudah diketahui atau familiar, relevan adalah sesuatu yang membawa arti baru dan atau efek positif yang baru dalam kehidupan seseorang. 

Sebagai contoh Bu Ajeng sharing pengalaman berkaitan dengan arti kata Relevan. Pengalaman khusus dengan para difabel tunanetra saat mendampingi mereka di Museum Nasional. Mereka adalah para lansia dari negara China yang tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali, kemudian Bu Ajeng mengajak mahasiswa dari jurusan Sastra Mandarin UI, untuk mendukung programnya. Situasi ini menciptakan suasana saling belajar yang penuh makna, memberi dan menerima. Lain lagi ketika mendampingi keluarga dengan anak-anaknya. Dengan menggunakan berbagai media permainan untuk melibatkan seluruh anggota keluarga, membuat suasana di museum lebih menarik. Masing-masing museum dapat menemukan caranya sendiri dengan tujuan untuk menarik para pengunjung. Dari apa yang dipaparkan Ibu Ajeng, relevan terkait langsung dengan siapa sasaran yang akan dituju dan dilayani. 

Pertemuan selama kurang lebih satu setengah jam itu diakhiri dengan tour keliling Museum MACAN. Dari pertemuan tersebut, kami belajar bahwa benda atau koleksi yang dipamerkan tidak harus banyak, namun diciptakan ruang-ruang yang mendukung. Bahan pamer lebih disesuaikan dengan temanya. Tema Museum juga sekaligus dapat menjadi sarana membuat acara atau even. Dan kalau memungkinkan, disediakan ruangan untuk bermain atau menggali ingatan masa lalu para pengunjung dengan kostum atau cosplay.***

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...