Selasa, 06 Juni 2023

Digital Art, Kolaborasi Seni Budaya Untuk Kemajuan Ekonomi

 


Panitia temu para pengelola Museum Galeri dan Monumen atau Mugalemon edisi Mei 2023 mengundang art producers and directors dari Art Tokyo Association, Jepang, Naohiko Kishi sebagai narasumber. Naohiko Kishi diundang untuk berbagi pengalaman sebagai promotor dalam Art Fair Tokyo dengan tema: Pemanfaatan Museum dan Galeri Sebagai Ruang Berekspresi.

Temu Mugalemon diselenggarakan dalam semangat peringatan 65 Tahun Hubungan Indonesia-Jepang di Museum Bahari jalan Pasar Ikan no. 1 Jakarta Utara. Turut hadir dalam temu Mugalemon, Yang Mulia Duta Besar Pemerintah Jepang Kanasugi Kenji, Ketua Assosiasi Museum Daerah Jakarta AMIDA Paramita Jaya, Bapak Yiyok T. Herlambang.

 Yang Mulia Duta Besar Pemerintah Jepang Kanasugi Kenji dalam sambutannya mengakui keanekaragaman budaya dan sejarah Indonesia sangat membantunya dalam mempelajari Indonesia. Pak Yiyok T. Herlambang yang memberi sambutan berikutnya mengucapkan terima kasih atas kerjasama AMIDA Paramita Jaya dengan Art Tokyo Association, MISSAO dan Museum Kebaharian Jakarta. Pak Yiyok dalam sambutannya menyinggung PP no.66 tahun 2015 bahwa museum selain dikembangkan juga ada unsur kajian sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat.

 Mengawali paparan, Naohiko Kishi mengucapkan terima kasih atas hubungan diplomatic yang telah terjalin selama 65 tahun antara Indonesia dengan Jepang. Alasan itulah yang membuatnya hadir di Museum Bahari.

Seni budaya mendukung ekonomi

 Selanjutnya, Naohiko menyampaikan apa yang ia pikirkan tentang bagaimana caranya untuk memelihara dan mempererat hubungan antara kedua negara. Salah satu jawabannya adalah seni. Seni menjadi bahasa universal, bahasa pemersatu.

Di Jepang, Naohiko Kishi adalah seorang produser. Ia menggabungkan antara ekonomi, industri dan budaya. Ketika ia ditanya oleh masyarakat apa pekerjaannya ia akan menjawab ia membuat film.

 Keinginannya adalah selalu mendorong kegiatan seni dan ekonomi berkolaborasi menjadi sebuah industri. Menurutnya, seni budaya dan juga ekonomi itu saling mendukung dan berkesinambungan. Seni budaya mendukung ekonomi begitu juga sebaliknya.

 Ketika sebuah negara mampu mengelola seni, budaya dan ekonomi dengan baik, negara tersebut akan menjadi kuat di masa depan.

Naohiko Kishi mendirikan Akasaka Blitz, sebuah promotor konser musik. Salah satu bentuk budaya di bidang musik yaitu entertainment. Jadi bagaimana entertainment mampu mengumpulkan banyak orang dan menggerakkan ekonomi? Itu yang ia pikirkan 30 tahun lalu.

Naohiko Kishi kemudian menampilkan beberapa gambar yang menceritakan suatu area di Tokyo, Jepang yang mampu menampung sampai 20.000 orang untuk menonton pertunjukan. Setelah dibuat tempat itu (Venue) akhirnya banyak seniman-seniman atau artis-artis baru yang datang dan ingin tampil di te mpat itu termasuk penyanyi dari luar negeri.

Di dalam kawasan seluas 30.000 meter persegi itu tersedia ruang teater, galeri, tempat makan dan juga tempat yang luas dan serbaguna serta tempat untuk acara pernikahan. Semua dibuat dalam satu area.

Dengan dibangunnya kembali area itu, perubahan yang tampak kemudian adalah jumlah pengunjung. Sebelumnya hanya mampu menampung sekitar 20.000 pengunjung yang datang setiap harinya kemudian meningkat menjadi 90.000 orang yang beraktivitas di sana.

Dengan banyaknya pergerakan di area tersebut, akhirnya restoran cafe dan juga perusahaan termasuk perusahaan baru ikut berkembang.

Dalam paparan selanjutnya Naohiko Kishi menunjukkan grafik pasar dunia dibidang seni yang didominasi Barat, Eropa & Amerika. Pasar Eropa dan Amerika mendominasi penjualan seni secara global sedangkan pasar Asia tidak terlalu mencolok, sangat tidak seimbang antara Barat dan Timur. Jepang adalah salah satu pasar seni di Asia yang mengimbangi Barat dengan GDP ketiga di dunia.
Kishi percaya untuk Asia juga termasuk Indonesia akan berkembang. Ia setuju dengan informasi yang ia terima bahwa sekitar 15 tahun ke depan GDP Indonesia akan melampaui Jepang. Namun bila value dari seni budayanya tidak ikut naik maka masa depan yang diramalkan tidak akan tewujud.

Penghargaan kepada seniman dan karyanya


Yang menjadi bagian penting adalah, karya seni yang baik itu harus dihargai dengan baik pula, karena hal itu meningkatkan value.

Kishi melanjutkan bahwa karena hal itu, ketika ia berpikir tentang acara yang ia buat sendiri itu ada di urutan keberapa. Yang menjadi pemikiran paling penting itu adalah seberapa banyak produk terjual di dalam acara ini.

Ia mengakui ada juga yang tidak berpikiran sama dengan dirinya atau ada perbedaan dalam memahami seni, akan tetapi bagi Kishi, yang penting itu mengetahui banyak hal termasuk kemungkinan tidak akan bisa menang bila dibandingkan dengan seni Barat.

 Kishi juga berfikir tentang hal yang berbeda dari konsep Barat yaitu unit venue atau tempat-tempat yang unik. Jadi di tempat-tempat yang menarik ditampilkan karya-karya seni yang baik itu.

 Di kawasan Asia sendiri untuk bangun bangunan tua sangat banyak termasuk di Indonesia. Kishi melihat, bangunan kuno itu merupakan daya tarik tersendiri karena unik dan membuat seni budaya di kawasan itu bernilai ekonomi.

 Naohiko Kishi selanjutnya berencana membuat hal yang sama di Osaka. Tahun 2025 nanti akan diselenggarakan International Osaka Expo. Sebuah acara internasional yang melibatkan banyak pihak dari pemerintah berbagai negara.

 Apa yang dilakukan Kishi adalah melibatkan para duta besar. Berdasarkan rekomendasi dari para duta besar, kegiatan ini melibatkan banyak seniman dari berbagai negara termasuk dari Jepang sendiri. Melalui acara tersebut para seniman berkesempatan untuk masuk juga ke dalam pasar seni di Jepang dan senimannya sendiri mendapatkan manfaatnya. Ditambah lagi kegiatan itu memfokuskan ke seniman-seniman muda berusia sekitar umur 30 sampai 40 tahun.

 Digital Art

Naohiko Kishi berbicara langsung dengan para seniman bagaimana caranya sebisa mungkin selama mereka hidup dan masih bisa berkarya mendapatkan manfaat. Salah satunya adalah dengan Digital Art.

 Naohiko Kishi membuat film yang memadukan berbagai seni dan teknologi menjadi sebuah film Digital Art. Thriller film berdurasi hampir 2 menit tersebut diputar di sela paparanya.

Mengapa dibuat digital? Bukan sekedar menjual akan tetapi juga sebagai alat untuk mempromosikan seniman tersebut secara digital.

 Saat ini orang dengan mudah mengakses dunia digital. Seniman dapat memperlihatkan koleksi karya mereka itu lewat layar monitor. Lewat layar itu, koleksi karya seniman akan ditonton oleh generasi yang memang akan melakukan hal tersebut dan generasi yang tidak akan melakukan hal tersebut (sekedar menonton).

 Oriental Art berperan penting dalam pengembangan teknologi di dunia entertain. Di Jepang selama 10 tahun ini banyak terjadi perubahan. Di sana, kegiatan art Tokyo menjadi ajang kumpul para pihak yang berhubungan dengan acara itu. Mereka berkumpul dan fokus di acara tersebut dan akhirnya membawa perubahan yang besar.

 Kemudian bekerjasama dengan museum-museum dalam pelaksanaan Art Tokyo itu. Ada sekitar 20 museum yang ditampilkan dalam Art Tokyo. Bagi Naohiko Kishi, Art Tokyo menjawab bagaimana mengumpulkan orang-orang dari seluruh dunia dan mereka bisa menghasilkan kegiatan-kegiatan bernilai ekonomi. *** 


Kiri: Yang Mulia Duta Besar Pemerintah Jepang Kanasugi Kenji
Tengah: Foto brsama: Ibu Misari Kepala Museum Bahari. Naohiko Kishi, Duta besar, Bpk. Yiyok ketua Amida Paramita Jaya dan Direktur MISSAO Corp
Kanan: Naohiko Kishi, narasumber 

Selasa, 30 Mei 2023

Pentingnya Menghargai Sebuah Peninggalan Sejarah

 

Rombongan kelas V SD Vincentius Bidaracina me- ngunjungi Museum Ursulin Santa Maria pada Jumat, 19 Mei 2023. Rombongan terdiri dari enam guru pendamping serta 94 anak. Mereka tiba sekitar jam 08.20 dan langsung diarahkan ke Kapel.

Titik kumpul dipusatkan di Kapel karena keterbatasan ruang museum yang masih dalam proses renovasi. Di Kapel, Suster Marie Louise, kepala Museum menyapa rombongan dan mengucapkan salam selamat datang.

Sebelum tur museum dimulai, rombongan diajak melihat film pendek tentang museum. Dalam video singkat itu diterangkan bahwa SD Vincentius Bidaracina merupakan pekembangan dari Panti Asuhan yang dulu dikelola para Suster Ursulin di Jalan Pos.

Usai pemutaran video pendek, peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Secara bergilir, setiap kelompok memasuki ruang pamer. Pemandu menyambut dan menjelaskan sejarah awal kedatangan para Suster Ursulin dan karyanya. Durasi setiap kelompok kurang lebih sekitar 15 – 20 menit. Kelompok lain menunggu giliran dengan mendengarkan penjelasan materi video oleh Suster Marie Louise.
Seorang guru pendamping siswa mewakili rombongan menuliskan kesan di buku tamu, betapa penting menghargai warisan atau peninggalan para suster pendahulu.

Museum menjadi tempat edukasi yang dapat membantu siswa/I dalam mengenal sejarah dan memahami betapa pentingnya menghargai sebuah peninggalan sejarah yang masih ada sampai sekarang. Terima kasih Suster, Bapak, Ibu yang sudah merawat peninggalan sejarah dengan baik. Salam SERVIAM

Eartho Dgreento Sihotang dan Bent Gabriel Sinaga peserta rombongan mengungkapkan kesannya bahwa museum Ursulin Santa Maria unik “Menurut saya museum Santa Maria itu unik, bagus dan keren” tulisanya pada form kesan dan pesan para tamu. ***

Selasa, 25 April 2023

Batu Nisan

Batu Nisan bertuliskan beberapa nama suster ini ditemukan pada 9 Mei 2022 di Wasrey biara Ursulin Santa Maria Juanda Jakarta. Nisan ditemukan saat proses relokasi berbagai barang di wasrey yang akan direnovasi. Wasrey adalah area atau ruang khusus mencuci.

Selama ini karyawan biara yang bertugas mencuci pakaian tidak tahu bahwa batu marmer yang digunakan untuk alas cuci adalah bagian belakang dari sebuah batu nisan.

 Para suster kehilangan jejak para pendahulu sejak makam suster tergesa-gesa dipindahkan dari pemakaman umum Kebon Jahe Kober ke Tanah Kusir, pada tahun 1975. Batu nisan dari batu marmer itu berukuran 62.5 x 100.5cm dengan ketebalan 3cm. Nama suster yang tercantum dalam batu nisan sebagai berikut:

M. EMMANUEL HARRIS
NEE LE 21 JANV 1829 DECEDEE LE 11 FEV 1856

S. LEONIE EVERS
NEE LE 5 MARS 1827 DECEDEE LE 13 OCT 1862

M. XAVIER VERHUIJGT
NEE LE 29 OCT 1814 DECEDEE LE 9 JUIL 1863

M. ISABELLE NEVEN
NEE LE 27 MAI 1833 DECEDEE LE 29 MAI 1864

M. ANGELE KUPPERS
NEE LE 20 SEPT 1821 DECEDEE LE 12 FEV 1866

M. MARGUERITE MORROGH NEE LE 17 OCTOBRE 1846 DECEDEE LE 15 AVRIL 1870
Huruf M di depan nama merupakan singkatan dari Mere artinya “Ibu”. Sedangkan inisial S di depan nama Leonie Evers singkatan dari Soeur yang berarti “Kakak”. Baik Mere maupun Soeur merupakan bahasa Perancis.

 Dari ke enam nama suster pada batu nisan tersebut, terdapat tiga nama suster ursulin pionir yang pertama kali tiba di Batavia pada 7 Februari 1856, yaitu Suster Emmanuel Harris, Suster Xavier Verhuijgt dan Suster Angele Kuppers.

 Lima suster teratas pada batu nisan tersebut pada awalnya dimakamkan di Bidaracina di tanah milik Tuan Veugen. Pada Tahun 1869 makam dipindahkan ke pemakaman umum bagi warga Eropa di Batavia, Kerkhoff Tanah Abang.

 Pada tahun 1894 Suster Augustine Phillipsen, pemimpin biara Ursulin di Noordwijk, Batavia, atas persetujuan semua pihak kemudian menata area makam para suster di Tanah Abang sehingga menjadi tempat yang indah dan nyaman bagi peziarah.

Batu nisan marmer ini adalah hasil dari penataan yang dilakukan oleh Suster Augustine Phillipsen. ***

Senin, 27 Maret 2023

Museum Bukan untuk Diri Sendiri tetapi Menjadi Sarana Berbagi

 

Foto bersama usai misa, panitia bersama Romo Michael Wisnu Pr

Museum Ursulin Santa Maria di Jakarta Pusat, menggelar Misa perdana sekaligus temu alumni Santa Maria pada Sabtu, 18/3/2023. Rossi Pramana, alumni SPG Santa Maria Angkatan 1983 menjadi koordinator pelaksanan acara ini.

Misa yang dilaksanakan di Kapel Santa Maria dimulai pukul 09.00 WIB dan dihadiri para alumni serta pensiunan guru. Banyak peserta hadir membawa anak dan cucu. Suasana meriah dan gembira saling melepas rindu sejak awal perjumpaan.

Romo Michael Wisnu Pr dari paroki Pulo Gebang memimpin perayaan Ekaristi. Petugas liturgi kecuali misdinar dari para alumni.

Dalam homilinya, Romo Michael Wisnu mengingatkan umat bahwa gereja sampai saat ini mampu bertahan karena mempertahankan hal-hal yang dianggap sepele oleh banyak orang yaitu ketekunan dan kegembiraan berjalan bersama Tuhan.

“Umat di masa kini dapat mengetahui bagaimana para murid menjalani hidup bersama Yesus dan mengalami pertumbuhan imannya karena mereka tidak membiarkan satu pengalaman hidup lewat begitu saja. Para murid memiliki pengalaman yang cukup dekat dengan Yesus dan pengalaman itu mengubah mereka kemudian mereka sungguh-sungguh ingin membagikan pengalaman itu. Kitab Suci bisa hadir di tengah-tengah umat menjadi inspirasi bagi banyak orang terutama yang mencari Tuhan,” ujarnya.
Terkait dengan museum, ia mengajak para alumni untuk menghargai dan memahami bahwa museum bukan untuk diri sendiri tetapi menjadi sarana berbagi pengalaman untuk masa depan. Dengan mengajak keluarga dan anak-anak dalam kegiatan ini berarti sungguh-sungguh terlibat dalam pendidikan ini.

Ia meminta seluruh alumni yang hadir untuk tekun dan setia memelihara apa yang sudah Tuhan berikan. Tidak menjadi bagian yang merusak atau membiarkan.

Ia juga mengajak umat untuk menyadari diri dihadapan Tuhan, agar setiap memulai sesuatu yang baik harus mengalami kebersamaan dengan Tuhan.

Selesai misa, acara dilanjutkan dengan tur singkat ke area dapur SMK Santa Maria untuk melihat jejak peninggalan sekolah kejuruan memasak. Dapur SMK tempat praktik siswa siswi memasak masih digunakan bahkan ditambah dapur baru. Tur ditutup dengan demo praktik memasak oleh siswa siswi SMK jurusan tata boga di area museum.

Tulisan ini sudah ditayangkan di hidupkatolik.com artikel lengkap dapat dibaca disini 

Selasa, 28 Februari 2023

Awal Mula Nama Santa Maria

 

Gedung Santa Maria dari masa ke masa


Sebuah pertanyaan muncul, mengapa diberi nama Santa Maria? Pertanyaan itu diungkapkan oleh Romo Yohanes Raditya Wisnu Wicaksono (Romo Wisnu) saat memberikan homili pada misa syukur ulang tahun Biara Ursulin Santa Maria ke 167 dan museum Ursulin Santa Maria ke 12 di aula SMP Santa Maria Selasa 7 Februari 2023 lalu.

Romo Wisnu mengatakan tidak tahu mengapa biara ini dinamakan Santa Maria. Ternyata alumni dan banyak staff serta guru juga tidak tahu mengapa dinamakan Santa Maria.

Perjalanan Biara Ursulin di jalan Noordwijk no. 29 yang sekarang menjadi biara Santa Maria adalah sebagai berikut. Mgr. Vrancken yang menjadi Uskup Batavia, pada tahun 1854 mengunjungi Belanda dan meminta izin kepada Pastor Lambert untuk mengizinkan adanya misi para suster ke Tanah Jawa. Permohonan itu baru disetujui pastor lambert setelah berkonsultasi dengan Uskup Mechelen dan dikirimkan 6 Suster dari Sittard dan satu Suster dari Maeseyck sebagai pemimpinnya yaitu Suster Ursula Meertens.

 Pada 7 Februari 1856 Rombongan Suster Ursulin pertama kali tiba di Batavia dan masuk ke rumah di Jalan Noordwijk no. 29. Pada pertengahan Februari tahun tersebut, Mgr. Vrancken datang dan memberkati rumah dan seluruh komplek dan memberinya nama “Transfiguratie.” (kronik hal. 20)

 Karya pertama dibuka pada 13 Mei 1856 yaitu Asrama, sedangkan TK dan SD pada 1 Agustus. Kronik biara mencatat akhir Oktober 1856 penghuni asrama mencapai 40 orang. Akhir Tahun 1856 di sekolah “Frobel” (TK) terdapat 62 anak, dan Sekolah Rendah (SD) muridnya 295 anak.
Antara tahun 1857-1858 dilakukan renovasi karena jumlah peserta didik bertambah banyak. Kapel di perbesar dan diberkati oleh Mgr. Vrancken. Sebagai pelindungnya, kami pilih “Bunda Maria tanpa noda” tulis kronik halaman 22. Dari peristiwa pemberkatan dan pemberian nama Kapel tersebut, nama “Maria” bunda Yesus mulai digunakan.

 Pada masa perang kemerdekaan antara 1942 - 1947, Sebagian besar biara Transfigurasi beserta gedung sekolah dikuasi tentara. Mulai dari tentara Belanda, Jepang, Gurkha, Inggris dan Kembali ke tentara Belanda. Para suster hanya mendapatkan Sebagian kecil ruangan di Kapel yang digunakan bersama-sama para suster, anak asrama dan panti asuhan dari Jalan Pos serta titipan dari para suster Gembala Baik di Jatinegara (1942).

 Setelah perang Kemerdekaan, Seluruh ruangan tidak dapat digunakan karena kotor, berantakan dan fasilitas belajar sekolah, biara dan asrama rusak berat, tidak dapat digunakan lagi. Sabtu Suci sebelum Malam Paskah 1949 Lonceng di Kapel dibunyikan setelah selama 6 tahun senyap. Pada Agustus tahun tersebut, seluruh kompleks sekolah dan biara merayakan pesta Santa Maria diangkat ke Surga dan sejak saat itu seluruh kompleks diberi nama Santa Maria.

 Dimulai dari para suster yang mengusulkan nama Kapel sampai terjadinya berbagai peristiwa yang dialami para suster, Santa Maria menjadi sebuah nama yang digunakan biara, sekolah, asrama dan museum di Jalan Ir. H. Juanda no. 29 Jakarta Pusat  sampai saat ini. ***

Rabu, 22 Februari 2023

Suara Cinta Santa Maria

 

Peringatan HUT Museum Ursulin Santa Maria ke 12 dirayakan dengan sederhana. Perayaan yang digagas oleh beberapa alumni dan pensiunan para guru Santa Maria diawali misa bersama dengan seluruh unit di Kampus Santa Maria pada Selasa 7 Februai 2023 pukul 07.30 WIB

 Usai misa, para pensiunan guru dan alumni diarahkan menuju hall museum. Di hall museum tersaji pameran museum. Pameran bertajuk Suara Cinta Santa Maria dimulai dengan sambutan Suster Marie Louise Kepala Museum dilanjutkan pemotongan tumpeng.

 Suster Marie Louise mengucapkan terima kasih kepada seluruh tamu yang hadir dan memohon doa agar proses renovasi dapat terlaksana dengan baik. Dalam kesempatan sambutannya, Suster Marie Louise juga menjelaskan tentang pameran mini yang dibuka selama lima hari mulai 7 sampai 11 Februari 2023.

 Tema pameran, Suara Cinta Santa Maria diwujudkan Ketika proses relokasi benda koleksi dari ruang pamer menuju hall museum, staff museum menemukan buku-buku catatan lagu tulisan Suster Mechtilde. Suster Mechtilde menulis ulang dengan pena lagu-lagu liturgi gereja. Terdapat dua buah buku tulisan tangan Suster Mechtilde berisi not balok dan syair lagu berbahasa Belanda. Buku tulisan tangan karya Suster Mechtilde tersebut kemudian difoto dan dicetak ulang agar dapat dinikmati pengunjung. Buku aslinya juga turut dipamerkan dalam sebuah lemari kaca.

Usai sambutan, Ibu Marita selaku pemandu acara mengajak peserta untuk menikmati tour dengan menjelaskan alur dan cerita pameran mini. Tour berlangsung singkat karena seluruh area pameran berada dalam satu ruangan.
Acara puncak mini pameran dalam rangka HUT Museum adalah penampilan dari Cindy dan Vera alumni SMP Santa Maria. Cindy memainkan piano mengiringi Vera menyanyikan lagu Panis Angelicus. Lagu Panis Angelicus tertulis dalam buku catatan lagu milik Suster Mechtilde.

 Lantunan lagu yang dinyanyikan Vera terdengar jernih meski tanpa bantuan audio. Suara Vera yang merdu dan lantang, memukau penonton. Usai lagu pertama dinyanyikan, tepuk tangan menggema. Beberapa pengunjung berkomentar, “Suaranya bagus banget”, ada juga yang berkomentar “Merinding denger suaranya”

 Vera mengajak penonton untuk mendengarkan sekaligus berdoa saat lagu kedua dinyanyikan. “Saya mengajak bapak ibu mendengarkan lagu ini sambil berdoa.” Lagu Ave Maria perlahan mengalir penuh penghayatan. Suara tuts piano dan vocal dari Vera memenuhi ruangan, semua penonton diam mendengarkan. Tepuk tangan Kembali menggema Ketika lagu Ave Maria selesai dinyanyikan. Seorang ibu berkomentar penuh semangat “Ntar pas gue mantu, gue mau undang Vera.”

 Usai penampilan Cindy dan Vera, dilanjutkan acara ramah tamah. Para tamu dipersilahkan untuk menikmati hidangan atau melanjutkan melihat pameran secara pribadi. Staff museum menemani pengunjung dengan memandu dan bercerita tentang pameran dan museum.

Dokumentasi pameran museum mini "suara Cinta Santa Maria dapat di lihat pada youtube Museum Ursulin Santa Maria ***


Kamis, 02 Februari 2023

KALEIDOSKOP 2022

 


Para saudara saudari terkasih Selamat Tahun baru 2023. Presiden, Ir. H. Joko Widodo pada Jumat 30 Desember resmi menghentikan masa Pemberlaku-an Pembatasan Kegiatan Ma-syarakat (PPKM). Pengumuman penghentian PPKM menjadi salah satu yang harus disyukuri setelah hampir tiga tahun mengalami pembatasan kegiatan dan situasi yang tidak nyaman. Marilah kita persembahkan seluruh peristiwa tersebut dan bersyukur agar mampu menatap hari depan dengan harapan baru.

Mari, sejenak melihat berbagai peristiwa di tahun 2022. Ada peristiwa dan kegiatan apa sepanjang tahun tersebut di museum Ursulin Santa Maria?

 Dokumen dan arsip yang tersimpan di Museum Ursulin Santa Maria sangat banyak. Sebagian besar perlu pemelihara-an dan perawatan agar tetap awet dan dapat diakses di kemudian hari. Salah satu cara untuk menjaga agar arsip dan dokumen dapat berumur Panjang dan diakses dikemudian hari adalah dengan mendigitalisasi arsip tersebut.

 Jumat, 18 Februari 2022 Museum Ursulin mengunjungi PT Aliz Dinamika di Tangerang Selatan untuk mempelajari proses digitalisasi. Bapak Hendrik E. Niemeijer Bersama Ibu Demitria Niken menyambut langsung sekaligus mengajari proses digitalisasi menggunakan mesin digital arsip. Beberapa hari kemudian Pak Hendrik dan Ibu Niken gentian berkunjung.

 Masih di bulan Februari, rombongan para suster Ursulin probanis datang berkunjung untuk melihat dan mempelajari berbagai karya para suster Ursulin. Suster Probanis adalah Suster yang baru saja berkaul kekal.

 Di Museum, para suster probanis tersebut mempelajari sejarah ursulin pionir di Indonesia serta karyanya bagi perempuan. Selama setengah hari mereka belajar sambil melihat langsung situasi dan pengelolaan museum.

 Situasi pandemic masih belum sepenuhnya reda, maka di bulan April, kunjungan TK Santa Maria dilaksanakan secara online. Virtual tour museum dilaksanakan pagi hari 22 April 2022. Anak-anak antusias ingin berkunjung dan melihat langusng koleksi museum.

 Di bulan Mei, seluruh staff museum studi banding ke museum – museum di Jakarta Pusat yaitu Museum MH. Thamrin, Museum Sumpah Pemuda, Joang 45, Museum Nasional, Sasmitaloka Jenderal Nasution dan Museum Ahmad Yani. Tour sehari yang dilaksanakan 21 Mei tersebut bertujuan untuk mempelajari tata Kelola dan pamer.

 
Di Bulan Juni tanggal 15, Pak Agus Staff Ahli Wamen PUPR dan Pak Widodo mantan kepala tata pamer Museum Nasional datang bersilaturahmi. Suster Lucia dan Suster Marie Louise menyambut dengan gembira kedua tokoh tersebut. Pak Agus dan Pak Widodo memberikan saran dan masukan terkait pengelolaan museum Ursulin Santa Maria agar dapat berkembang baik.

Di akhir bulan Juni tepat di hari Sabtu tanggal 26, penanggung jawab Museum Ursulin Santa Maria diserahkan dari Suster Lucia Anggraini, OSU kepada Suster Marie Louise Nastiti, OSU. Serah terima penanggung jawab museum disaksikan Suster Hilsa Sri Purwaningsih, OSU Pemimpin komunitas Biara Ursulin Santa Maria Juanda Jakarta. Suster Lucia Anggraini, OSU sdelanjutnya akan bertugas di Cor Jesu Malang.

 Bulan Juli menjadi masa MPLS, Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi siswa siswi baru di Kampus Santa Maria. MPLS Dimulai dari SMP pada 8 dan 11 Juli dilanjutkan SMK pada 12 Juli. Sementara MPLS SD yang semula dijadwalkan pada 13 Juli berubah menjadi virtual tour. Hampir seluruh siswa antusias berkunjung langsung ke museum, apalagi setelah mengalami pembatasan kegiatan akibat pandemi.

 Di awal bulan November, pada pesta semua orang Kudus, pameran mini sekaligus penghoirmatan kepada para kudus dilaksanakan di Kapel Santa Maria. Semua murid dari KBTK, SD, SMP dan SMK terlibat secara bergantian dalam acara tersebut. selain Penghormatan relikui, juga dilaksanakan webinar tentang relikui yang menghadirkan fotografer senior, Arbain Rambey, Ibu Gina Sutono, relawan pertama di museum dan Romo Thomas Ferry Suharto, OFM ahli spiritual fransiskan. Para narasumber membahas salah satu koleksi museum yaitu Relikui. Dokumentasi dan webinar dapat dilihat di youtube museum Ursulin Santa Maria

 Sepanjang 2022 Museum Ursulin Santa Maria juga terliabt aktif mengikuti program pemerintah berupa bimbingan teknis (BimTek) bagi tenaga teknis museum. Bimbingan bagi tenaga teknis dimulai pada bulan juni untuk tenaga teknis Penata Pameran. Pada Bulan Juli diselenggarakan bimtek bagi tenaga teknis Edukator dan Register. BBimtek bagi tenaga teknis Humas dan Pemasaran pada Agustus, Konservator pada September dan Kurator pada Oktober. Bimbingan teksnis tersebut diselenggarakan pemerintah bekerjasama dengan Asosiasi museum Indonesia daerah Jakarta (Amida) Jakarta Paramita Jaya. Silahkan cek video kaleidoskop 2022 disini.***

Rabu, 30 November 2022

Anjuran Romo Eddy Kristiyanto OFM “Kunjungi Museum Santa Maria”

 


Rombongan pria bersepeda perlahan memasuki halaman Museum Santa Maria pada Sabtu pagi 22 Oktober 2022. Mereka adalah rombongan para frater Fransiskan dari komunitas Kampung Ambon. Kunjungan mereka itu atas anjuran Romo Eddy Kristiyanto OFM. Romo Edi adalah dosen dan pamong mereka. Sayang pada hari itu Romo Eddy tidak bisa ikut beserta mereka karena tugas lain.

 Suster Marie Louise OSU menyambut, menyapa dan memperkenalkan para staff pengelola museum. Namun karena gedung museum sedang dalam proses revitalisasi maka sebagian besar benda koleksi museum sudah disimpan dan dirapikan. Selain mungunjungi museum mereka mengunjungi Kapel Santa Maria, kapel yang sangat bersejarah dalam kehidupan para suster Ursulin.

 Di Kapel Santa Maria, Suster Marie Louise menceritakan sejarah Kapel dan perkembangannya sejak mulai berdirinya tahun 1875 sampai sekarang. Dijelaskan juga kepada mereka gambar- gambar Kaca Pateri baik yang ada pada tembok Altar, samping kanan dan kiri serta pada tembok belakang di atas balkon koor. Pada awal tahun 2021 kapel mulai direnovasi karena Kapel seringkali kebanjiran dan keadaan tembok berikut relief jalan salib rusak. Selain tembok, AC dan sound system diganti. Sekarang mesin AC tidak kelihatan, udara dingin dan bersih dimasukkan lewat lobang-lobang di plafon atas. Sound system ditempatkan di tempat yang agak tersembunyi. Bulan Desember tahun 2021 renovasi baru selesai dan diberkati ulang. Sekarang Kapel kelihatan terang dan indah. Rombongan memperhatikan penjelasan Suster. Tak lupa mereka menikmati cantiknya interior kapel yang baru pertama kali mereka kunjungi.
Selama kurang lebih tiga jam, selain di Kapel di Hall museum, para frater disuguhi cerita karya para suster Ursulin: Asrama, sekolah Santa Maria, museum dan sejarah gedungnya. Juga tentang arti, definisi dan tujuan museum pada umumnya, khususnya museum Ursulin Santa Maria.

 “Saya merasa sangat senang bisa berkunjung ke Museun St. Maria. Seluruh pelayanannya sangat luar biasa, menambah pengetahuan saya akan gereja Indonesia, dan terlebih khusus tentang karya saudari-saudari Ursulin dalam memajukan bangsa Indonesia”, tutur Frater Gregorius OFM.

 Frater Andre Labur OFM memiliki kesan sendiri: “Menurut saya, Museum Santa Maria memiliki catatan sejarah yang lengkap dan komprehensif serta sistem pengelolaan museum yang sangat baik. Bagi saya, museum ini sangat cocok bagi mereka yang memiliki minat dalam mempelajari sejarah dan tentunya semakin mengenal karya-karya Suster Ursulin yang luar biasa semenjak menginjakan kaki di Bumi Pertiwi.”

 Sementara Frater Tian Gunardo OFM berharap agar museum ini dapat dipromosikan ke khayalak yang lebih luas lagi, sehingga dapat dikunjungi oleh lebih banyak kalangan lagi, agar siapa saja dapat memperoleh informasi yang bernas dari sini. Keberadaan museum "Katolik" ini mutlak penting, mengingat darinya kalangan luas dapat menemukan jejak rekam yang positif dari kiprah Gereja Katolik di masa lampau terhadap kemajuan pendidikan bangsa ini dalam cakupan inter-latar belakang budaya, agama, suku, dan ras.

 Sebelum rombongan pamit meninggalkan museum untuk melanjutkan perjalanan, Bruder Triyono OFM mengucapkan terima kasih atas keramahtamahan dan pelayanan Suster beserta seluruh staff museum. ***

Kamis, 13 Oktober 2022

Menikmati Jejak Sejarah Transportasi

 


Pemberitaan detik.com tentang “Harta Karun di Proyek MRT” dipamerkan dalam Jejak Memori Moda Transportasi di Ibukota Jakarta menarik perhatian. Pameran dibuka pada 19 September 2022 dan berakhir di penghujung September 2022.

 September 2022 tinggal menghitung hari, pameran di dalam komplek Museum Sejarah Jakarta baru dapat dikunjungi pada Selasa 27 september.

 Ruang pamer berupa tenda besar terletak di tengah halaman dalam Museum Sejarah Jakarta. Di ruang pamer pertama, pengunjung disambut dengan replika Kereta Rel Listrik (KRL) dari kayu yang dapat dinaiki secara terbatas. Puas mencoba naik replika KRL tersebut dilanjutkan menelusur jejak transportasi di Jakarta yang dulu dikenal dengan nama Batavia.

 Dimulainya moda transportasi berbasis rel pada paruh abad ke 19 untuk mendukung kelancaran pengiriman hasil perkebunan dan pertanian program tanam paksa (Cultuur Stelsel 1830-1847). Jalur pertama Trem bertenaga kuda dibuka tahun 1869 menghubungkan jalan Cengkeh (Amsterdamse Poort) ke Harmoni. Setelah itu Trem berkembang di Semarang tahun 1881 dan Surabaya tahun 1886. Trem bertenaga uap di Batavia baru dimulai pada 1883.
Perkembangan selanjutnya, Trem tidak hanya difungsikan mengangkut barang hasil perkebunan atau pertanian hasil Tanam Paksa, trem juga digunakan mengangkut penumpang. Trem juga menjadi sarana pendukung gerakan revolusi saat perang kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah kereta api mulai berkembang, trem resmi berhenti beroperasi pada 1962.

 Jejak-jejak transportasi masa kolonial itu berupa benda yang ditemukan dalam proses penggalian. Benda temuan itu antara lain potongan gerabah, pecahan keramik kuno, uang koin, peluru dan masih banyak lagi.

 Berbagai benda yang dipamerkan menjadi bukti bukti bahwa sejarah transportasi berbasis rel di Batavia adalah yang pertama kali di Asia Tenggara. Jejak itu terungkap saat Jakarta, yang dulu bernama Batavia mengembangkan transportasi modern yaitu MRT atau Mass Rapid Transit

 Jejak moda transportasi di Jakarta menjadi salah satu kekayaan dan harta karun yang selama ini terpendam. Bagi yang sudah berkunjung, selamat menikmati harta karun yang dipamerkan. ***


Kamis, 06 Oktober 2022

Pertimbangan Matang Perancang Pameran

 


Salah satu tantangan museum adalah membuat pengunjung nyaman berada di museum. Penataan display koleksi dan tata pamer yang baik membuat pengunjung tidak hanya merasa nyaman dan puas, juga mendapatkan pengalaman tak terlupakan dan memunculkan keinginan untuk datang lagi.

Membuat pengunjung datang lagi menjadi salah satu dari sekian banyak alasan pengelola museum perlu meningkatkan lagi kualitas tenaga teknis. Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDFA) DKI Jakarta, Paramita Jaya bersama pemerintah Provinsi DKI Jakarta memahami situasi dan tantangan tersebut, kemudian menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi museum-museum yang ada di wilayah Jakarta.

 Bimtek bagi pengelola museum diantaranya Perancang Pameran, Edukator, Register, Humas dan Pemasaran, Konservator serta Kurator. Perancang Pameran adalah bagian dari rangkaian bimtek untuk meningkatkan kualitas SDM Museum di bidang Penataan Pameran. 

Peserta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja di unitnya masing-masing. Bimtek perancang pameran diikuti perwakilan dari museum-museum yang ada di Jakarta baik milik pemerintah maupun non pemerintah.Bimtek yang diadakan ini merupakan tahap awal bagi para peserta sebelum  memperoleh sertifikasi resmi sesuai bidangnya dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah no. 66/2015 tentang Museum yaitu "Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat", maka bagian mengomunikasikan koleksi ini menjadi tugas perancang pameran.

Komunikasi secara visual adalah salah satu cara menyampaikan pesan kepada pengunjung, selain banyak cara untuk mengomunikasikannya. Karena komunikasi visual banyak menampilkan gambar, teks atau simbol dengan kelengkapan elemen visualnya maka strategi komunikasinya harus dirancang agar pengunjung menangkap pesannya.

Dalam pelatihan selama 3 hari yang dimulai pada 27 Juni 2022 ini peserta diajak untuk melihat, membandingkan, mensimulasikan materi yang diajarkan baik pada obyek percontohan maupun pada museum masing-masing peserta.


Materi yang disimulasikan adalah museum yang sudah ada dengan tata pamernya kemudian menganalisa dan memberi ide perancangan yang baru. Materi yang lainnya adalah merancang suatu pameran yang belum pernah ada. Peserta diajak untuk mengasah ide yang out of the box dengan membuat matriks pameran.

Matrik adalah skema penyajian yang menyatukan berbagai jenis sajian, ruang pamer, topik dan sub-topik, serta perangkat penyajian. Umumnya berupa tabel-bagan.

Materi disajikan secara teori dan praktek kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 7-8 peserta yg mewakili museumnya. Persoalan dalam suatu materi dikupas dan dipecahkan dalam suatu presentasi kelompok yang diwakili salah satu peserta. Setelah presentasi, tiap kelompok diberi kesempatan memberi tanggapan atas pertanyaan dari peserta lain.

Bapak Punto A. Sidarto dan Ibu Nusi Lisabilla Estudiantin sebagai pemateri juga memberi masukan sebagai tanggapan atas presentasi tiap kelompok.

Pada hari terakhir Bimtek perancang pameran materi yang disajikan adalah mengimplementasikan rancangan pameran museum. Salah satu pematerinya adalah Ibu Diah Resita Kuntjoro Jakti S.Sn., M.Sn. yang membagikan pengalaman betapa pentingnya suatu brief klien dalam perancangan pameran suatu museum.

Brief klien adalah suatu data informasi yang berisi:
1. TUJUAN
2. SASARAN
3. BATASAN/LINGKUP
4. WAKTU
5.  ASUMSI
6. PELUANG
dari Museum sebagai klien. Semua informasi ini adalah riset bagian dari rencana yang menjadi landasan kerja perancang pameran untuk menghasilkan ide-ide yang berlanjut pada proses rancangan, produksi dan instalasi.

Catatan penting dari Bu Diah Resita untuk perancang pameran yang sudah diulas juga sebelumnya oleh Pak Punto di hari kedua adalah Dalam merancang tata pamer yang nyaman, petuga teknis Perancang Pameran perlu mempertimbangkan tata letak, sistem labeling yang tepat serta pencahayaan yang mendukung tampilan koleksi sehingga pengunjung dapat menikmati setiap momen berada di area pamer. ***

Digital Art, Kolaborasi Seni Budaya Untuk Kemajuan Ekonomi

  Panitia temu para pengelola Museum Galeri dan Monumen atau Mugalemon edisi Mei 2023 mengundang art producers and directors dari Art Tok...