Jumat, 06 Desember 2019

Walking Tour


  
Walking tour adalah salah satu model wisata masa kini, bentuknya kegiatan wisata dengan berjalan kaki menyusuri jalur tempat yang menarik. 

Destinasi wisata yang dituju ada beberapa titik dan berada dalam satu jalur searah atau berdekatan dalam satu kawasan. Karena tujuan wisata lebih dari dua titik dan durasi walking tour yang terbatas biasanya antara 3-5 jam maka waktu kunjungan hanya sebentar saja. Di setiap titik mendengar cerita singkat tentang sejarah kemudian foto sendiri dan bersama. Walking tour merupakan solusi bagi wisatawan yang menyukai eksplorasi dengan efisiensi waktu, tenaga dan biaya.

Museum Santa Maria menjadi salah satu destinasi walking tour karena berada tepat di tepi jalan Juanda dan berada di tengah tengah antara Weltevreden
 (Lapangan Banteng dan sekitarnya) dengan Oud Batavia (Kawasan Kota Tua)

Sejak 2018 beberapa grup walking tour selalu datang ke Museum Santa Marias. Pada mulanya tertarik dengan gedung tua sekolah Santa Maria. setelah ditelusuri ternyata ada museum, maka Santa Maria selalu menjadi salah satu destinasi favorit walking tour.

Setiap kali kedatangan rombongan walking tour, Tour Leader berulang kali mengingatkan peserta agar tidak berlama-lama menikmati kunjungan karena rute masih panjang, dan beberapa destinasi masih banyak. Waktu yang panjang beresiko mengganggu jadwal tour dan itu berarti kerugian bagi penyelenggara. 

Rugi waktu, tenaga dan akhirnya rugi dana karena peserta complain, tour berbayar tetapi tidak sesuai rencana. Peserta akan berfikir ulang untuk ikut walking tour lagi.

Menyikapi perkembangan walking tour, dibutuhkan kerjasama yang baik antara penyelenggara dan tempat wisata yang menjadi destinasi sehingga semua pihak dapat menyiapkan diri untuk hasil yang maksimal. Misalnya informasi pendahuluan, jadwal, rentang usia, jumlah peserta lama kunjungan dan lainya. Sementara Destinasi juga perlu menyiapkan atau membuat paket–paket wisata sesuai kemampuan, dan yang tak boleh ketinggalan,  spot foto yang menggoda.***





Senin, 02 Desember 2019

Sharing Konservator asal USA



Kristal J. Hale, konservator spesial tekstil kuno diundang khusus oleh Pengelola Unit Museum Seni, Ibu Ari bekerja sama dengan Ibu Sandra dari Tracing Pattern Foundation, Amerika. Seminar setengah hari Selasa 12/11/2019 bertempat di Museum Tekstil, Jl KS Tubun ini cukup banyak peminatnya, khususnya para pencinta wastra dan artefak berbahan tekstil.

 Museum Santa Maria berkesempatan mengikuti seminar konservasi dengan Tema: “Textile Conservation Seminar: The Abegg Foundation; Art, Science and Practical Application” yang jarang dan unik ini. Pasalnya ternyata dalam paparannya Kristal yang bekerja beberapa tahun terakhir ini di The Abegg Stuffing Foundation, di Belgia, berupa sharing bagaimana menangani kain/tekstil kuno artefak dari gereja di sana.

 Kristal, seorang konservator kelahiran San Fransisco USA. Ia sudah tertarik dengan seluk-beluk menjahit dan menyulam sejak ia masih kecil, disebabkan ia sering melihat ibunya menjahit dan menyulam sendiri baju-baju mereka. Sejak itu ia ingin memperdalam tentang tekstil. Dan ketika ia mulai kuliah, ia berpikir untuk bisa menangani dan memahami lebih jauh tentang artefak bahan kain/tekstil yang bisa dirawat supaya awet, karena dari berbagai motif artefak itu tersimpan banyak cerita dibaliknya.

 Ketika ia ditawari untuk menangani tekstil artefak milik Abegg Stuffing di Belgia, ia bersedia dan terbang ke Belgia untuk tinggal beberapa lama disana. Bekerja dan memperdalam ilmunya di Universitas di sana. Dari situ ia mulai berelasi dengan para konservator.
Usai seminar, kami berbincang khusus dengan Kristal Hale dan suami yang juga mencintai artefak tekstil. Museum Santa Maria menunjukkan koleksi yang dibawa berupa stola, semacam scarf namun tebal dan biasa digunakan para imam Katolik memimpin perayaan keagamaan dengan mengalungkan di leher yang pernah dipakai di Santa Maria sebelum tahun 1965. 

 Setelah mengamati Stola, Kristal Hale dengan jujur mengungkapkan bahwa stola itu berbahan sutera dan cukup tebal sehingga diperlukan perawatan khusus agar tetap terawat. Ada material asesori yang berbahan metal, tapi , tidak bisa dengan mata telanjang. Namun ia meyakini bahwa model Stola itu berasal dari Eropa dengan bahan campuran antara perunggu dan kain sutera. Usianya diperkirakan antara 80 sampai 150 tahun.

 Walau ia mengatakan bahwa untuk artefak kain seumur itu, dengan melihat keadaan kain seperti itu, sudah sangat baik perawatannya. Keterbatasan SDM konservator kain, dapat membuat koleksi rentan mengalami kerusakan.

 Jawaban Kristal Hale mencerahkan sekaligus menambah narasi koleksi yang terkait dengan Stola tersebut. Karena Stola yang sengaja dibawa untuk contoh adalah bagian kecil dari satu paket busana liturgis para imam. Terima kasih kepada panitia atas kesempatan mengikuti seminar konservasi kain dalam temu Mugalemon edisi November 2019 ini. Semoga semakin menambah pengetahuan para staff museum dalam pemeliharaan dan perawatan benda koleksi khususnya kain.***

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...