Sebuah Pertunjukan Musikal Virtual dalam rangka Hari Lahir Pancasila yang diselenggarakan oleh sekolah Ursulin SANTA URSULA BSD bekerja sama dengan EKI DANCE COMPANY, berjudul MILENIUM PANCASILA
Senin, 31 Mei 2021
Sabtu, 29 Mei 2021
Bedah Buku Moh. Amir Sutaarga
Siapa Mohammad Amir Sutaarga? Mengapa diusulkan menjadi Bapak Permuseuman Indonesia? Apa saja karyanya? Beberapa pertanyaan tersebut menjadi alasan Museum Ursulin hadir dalam bedah buku M. Amir Sutaarga, Bapak Permuseuman Indonesia yang terselenggara berkat kerjasama Kemdikbud, Museum Kebangkitan Nasional, Amida Paramita Jaya didukung oleh Komunitas Jelajah dan TVRI. Bedah buku ini diselenggarakan di Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas), Selasa 18 Mei 2021. Buku Moh. Amir Sutaarga adalah karya Bpk. Nunus Supardi, budayawan sekaligus sesepuh Amida Paramita Jaya. Bedah bukunya oleh Bpk. Siswanto mantan kepala Museum Nasional. Menurut Pak Siswanto, buku ini sudah menggambarkan perjuangan Bapak Mohammad Amir Sutaarga atau yang disingkat MAS dalam memajukan dunia permuseuman di Indonesia, meski beliau tidak sengaja “kecemplung” di dunia museum. Dalam buku tersebut dikisahkan Pak MAS putra asli Rangkas Bitung Banten lahir 5 Maret 1928. Semasa perang kemerdekaan menjadi tentara dengan pangkat terakhir Letnan II (Menurut Bp. Nunus , Letnan II ini suatu pangkat yang lumayan tinggi) sebelum “kecemplung” ke dunia permuseuman. Saat kebingungan melanjutkan karir di militer atau memilih dunia lain, Pak MAS pada 1948 bertemu dengan seorang ilmuwan Belanda yang bekerja di Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (KBGKW), yang bernama Dr. A. N. J. Th. A Th. Van der Hoop. KBGKW adalah sebuah lembaga kebudayaan yang tugasnya melakukan penelitian dan pendokumentasian kebudayaan kesenian dan ilmu pengetahuan di zaman kolonial. Pak MAS menjadi asisten Tuan Van der Hoop dan menyerap ilmunya. | Desember 1949 setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, Pak MAS bersama beberapa tokoh di bidang museum, kepurbakalaan dan perpustakaan bertanggung jawab penuh menjaga seluruh aset dan koleksi saat mengambil alih KBGKW. Pak MAS selain pernah menjabat kepala Museum Nasional saat usia muda, beliau juga aktif mengembangkan museum daerah dan merintis undang-undang permuseum-an. Salah satu mimpi Pak MAS untuk mengembangkan Museum di Indonesia adalah menggagas musyawarah museum se-Indonesia dan mimpi itu terwujud menjadi Asosiasi Museum Indonesia. Meski berbeda nama dari mimpi yang diharapkan tetapi tujuan dan semangatnya sama yaitu memajukan museum di Indonesia. Pak Agus, Kepala Museum Kebangkitan Nasional yang ikut dimintai tanggapan terkait buku tersebut menyoroti keunggulan hidup spiritual Pak MAS yang rajin Sholat dibarengi puasa. Spiritualitas hidup Pak MAS ini belum tercatat di buku tersebut. Bpk. Wani Raharjo, Akademisi yang ikut membedah buku melihat, Pak MAS lebih menekankan fungsi Museum untuk pendidikan. Waktu beliau masuk kampus beliau mulai mengajar pengantar Museum dan memperkenalkan pengertian Museum itu apa dan bagaimana kerja Museum. Beliau juga memaparkan kerja multidisiplin dalam Museum. Dari pendapat para narasumber serta perjuangannya dalam dunia permuseuman yang terekam dengan baik oleh Pak Nunus, ketokohan seorang Mohammad Amir Sutaarja dalam dunia museum tidak diragukan lagi. Sangat layak bila Pak MAS menjadi bapak permuseuman Indonesia.*** |
Langganan:
Postingan (Atom)
Penghormatan Relikui
Museum Ursulin Santa Maria (MUSM) menggelar Pameran dan Penghormatan Relikui memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus. Kegiatan Pameran dan...

-
Hari Museum Indonesia tahun 2019 dirayakan dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah Grebeg Museum (=ramai-ramai mengunjungi museum...
-
Tanah makam para suster awalnya ada di Bidaracina. Semula tanah itu adalah pemberian Bapak Heugen, kepada Uskup Vrancken dengan mak...
-
Setiap kita ke museum apakah kita baca semua teksnya? Seperti apakah teks yang sesuai dan enak dibaca? Ibu Ajeng Ayu Arainikasi...