Senin siang (22/7/2019) dua suster dengan seragam berbeda datang ke Museum Santa Maria. Setiba di museum, mereka disambut Suster Lucia, penanggung jawab museum Santa Maria. Di kantor suster Lucia, kedua Suster itu menyampaikan niatnya bahwa mereka ingin belajar membangun museum dan pengelolaanya. Dua suster itu ternyata kakak beradik dari dua konggregasi berbeda. Suster Ignasio sang kakak menetapkan pilihan menjadi biarawati konggregasi SPM (Santa Perawan Maria) sedangkan adiknya, Suster Imeldi, memilih bergabung dengan konggregasi OSF (Para Suster Dari Santo Fransiskus). Konggregasi itu sendiri adalah komunitas biarawan atau biarawati dalam gereja katolik. Konggregasi SPM berkarya di Indonesia sejak 1926 sedangkan Konggregasi OSF memulai karya di Indonesia sejak 1870. Karya mereka selain pendidikan adalah Rumah Sakit, Panti Asuhan dan beberapa karya lain. Pelayanan dan karya dua konggregasi tersebut menjadi bagian perjalanan Bangsa Indonesia hingga saat ini dan masih akan terus berlangsung. | Para perintis karya dan pelayanan kedua konggregasi itu layak untuk dihormati dan dikenang karena karya mereka sungguh bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu perlu dibuat museum untuk mengenangkan perjuangan para perintis dalam memulai karya di Indonesia. Dua konggregasi itu, SPM dan OSF yang diwakili kakak beradik Suster Ignasio SPM dan Suster Imeldi OSF masing masing berencana membuat museum. Artinya akan ada dua museum lagi yang berdiri. Semakin banyak museum semakin memudahkan masyarakat untuk belajar sesuai pilihan. Museum yang akan dibuat menjadi sarana pendidikan bagi para milenial untuk belajar bagaimana para pendahulu berjuang, menjaga dan merawat karya dan pelayanan dengan penuh kesetiaan. Apalagi karya dan pelayanan mereka bersentuhan langsung dengan masyarakat. Semakin baik bila setelah dari museum, mereka dapat belajar kemudian bergabung dan turut serta mengembangkan karya yang sudah ada sehingga semakin bermanfaat bagi masyarakat. Sebelum pamit , kedua Suster kakak beradik yang sedang liburan sekaligus studi banding itu menuliskan pesan di buku tamu, “Bagus sekali, luar biasa data jaman ke jaman sejarah misi suster Ursulin di Indonesia Jakarta. Museum ini amat penting untuk pembelajaran anak muda dan yang berkunjung,” tulis Suster Imeldi OSF. Sedangklan Suster Ignasio menulis “Mengagumkan dan sangat terinspirasi.” Terima kasih atas kunjungannya Suster berdua, semoga cita-citanya membangun museum dapat terwujud.*** |
Senin, 12 Agustus 2019
Dua Suster Dua Museum
Senin, 05 Agustus 2019
Alasan Ke Museum Santa Maria
Seperti keluarga Paul Geelen dari Belanda. Ia bersama istrinya, Van de Moesel dan putranya, Lennard Geelen mengunjungi Museum Santa Maria, Senin 1 Juli 2019. Mereka datang untuk melihat Sekolah Santa Maria tempat mama Van de Moesel dulu pernah sekolah. Di depan pemandu, Van de Moesel bercerita sambil mengeluarkan peta dan beberapa catatan hasil cetak dari internet tentang kawasan yang dulu bernama Molenvliet. Mamanya dulu tinggal di sekitar Molenvliet yang sekarang bernama Jalan Hayam Wuruk. Mamanya sekolah di Sekolah Kepandaian Putri di Jalan Batu Tulis, sekarang menjadi SMP Santa Maria. Setiap hari jalan kaki pergi dan pulang sekolah. Setelah lulus dari Santa Maria ia masih tinggal di Batavia sampai sampai papanya meninggal tahun 1949. Setelah itu ia pergi ke negeri Belanda. Namun di kapal, semua kumpulan surat penting dicuri orang. Ia jengkel dan enggan kembali ke Indonesia. | Usai menyimak cerita Van de Moese, Pemandu kemudian mengajaknya keliling museum. Di ruang Angela mereka terkejut melihat kota Sittard ada dalam history wall. Rumah mereka tidak jauh dari Sittard, terjangkau dengan bersepeda. Paul Geelen bercerita ia sering lewat tapi tidak pernah singgah. Justru ia lebih sering pergi dan singgah di negara negara tropis. Di Museum Santa Maria, mereka mengagumi kebun biara “I would only sit here and enjoying it. So lovely and in the middle of Jakarta you don’t hear noise. So quite here. It’s very lovely place” komentar Van de Moesel. Usai keliling museum, mereka dihantar menuju area SMP Santa Maria tempat dulu mamanya sekolah. Ia ingin melihat sekolah mamanya dulu sekaligus pamit. Mereka masih akan menelusuri Molenvliet dengan berjalan kaki dan sepulangnya nanti ia akan ceritakan semuanya kepada mamanya.*** |
Jumat, 02 Agustus 2019
Saya Harus Datang Lagi
Langganan:
Postingan (Atom)
Penghormatan Relikui
Museum Ursulin Santa Maria (MUSM) menggelar Pameran dan Penghormatan Relikui memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus. Kegiatan Pameran dan...
-
Hari Museum Indonesia tahun 2019 dirayakan dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah Grebeg Museum (=ramai-ramai mengunjungi museum...
-
Tanah makam para suster awalnya ada di Bidaracina. Semula tanah itu adalah pemberian Bapak Heugen, kepada Uskup Vrancken dengan mak...
-
Setiap kita ke museum apakah kita baca semua teksnya? Seperti apakah teks yang sesuai dan enak dibaca? Ibu Ajeng Ayu Arainikasi...