Jumat, 02 Agustus 2019

Saya Harus Datang Lagi


 

Apa yang menarik dari Museum Santa Maria? Pertanyaan itu muncul di benak Pak Chandrian, pensiunan kepala Balai Konservasi dan Cagar Budaya, saat mengunjungi Museum Santa Maria (Kamis, 4/7/ 2019). 

Setelah lebih dari satu jam keliling, Pak Chandrian berubah dari semula bertanya menjadi yakin Museum Santa Maria memiliki banyak hal yang istimewa dan ia merasa harus datang lagi.

Suster Lucia, menyambut dan mempersilahkan masuk ke ruang kantornya. Berkemeja batik motif bunga warna warni dan bercelana bahan warna hitam, tak lupa tas punggung yang enggan dilepas saat ditawarkan untuk disimpan “Enggak usah, masih kuat bawa ini (tas punggung) terima kasih,” Kata Pak Chandrian. 

Usai bertemu singkat dengan Suster Lucia, tour keliling museum dimulai.

Dari jam 11.15 ditemani Harun, Mahasiswa S2 yang sedang riset dan Silfano Hafid, reporter BBC yang memang ada janji dengan Pak Chandrian, mereka bertiga diajak tour keliling museum dan komplek Santa Maria.

Ruang ANGELA dan MISI menjadi tempat diskusi masa kolonial. Diskusi yang seru dan menarik karena banyak hal di masa Jakarta bernama Batavia yang belum terungkap ke publik. 
Dari Museum, lanjut ke area sekolah dan kapel. Di depan kapel Santa Maria, Pak Chandrian menatap sejenak gedung kapel sebelum melongok ke dalam. 

Melihat ada logo ayam jago di puncak menara kapel, Pak Chandrian teringat gereja-gereja di Jakarta yang ada logo ayam jago. “di Jakarta seingat saya ada beberapa gereja yang ada ayam jagonya, kalo ditambah disini berarti ada lima. Di gereja ayam pasar baru, gereja Paulus, Gereja di taman mini, satu lagi dimana saya agak lupa terus disini.”

Interior dan furniture kapel masih terawat baik. Jendela, dengan kaca patrinya, lantai dengan corak yang khas jaman kolobial serta atap yang melengkung cukup menggoda mata untuk mengabadikannya. Di dalam kapel, Pak Chandrian dan yang lain hanya sebentar saja, tetapi tak lupa mengabadikan interior kapel dengan gawainya.

“Tadi di awal saya bertanya dalam hati, apa menariknya museum Santa Maria. Tapi setelah keliling sebentar, kok ada yang menarik, masuk lagi kok ada lagi yang menarik. Sepertinya saya harus datang lagi karena hari ini waktunya terbatas.” Komentar Pak Chandrian selepas dari kapel.

Hampir jam dua siang saat mereka pamit. Saat diminta menuliskan pesan Pak Chandrian menulis singkat “Terkesan” Apakah itu tanda Pak Chandrian benar akan datang lagi? Kita tunggu saja.***



Edukator, Mengkomunikasikan Koleksi dan Program Edukasi

  ki-ka: Ibu Jumiati ,Bpk. Gumilar Ekalaya, Bpk. Yiyok T. Herlambang, Bpk. Mursidi, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif PemProv DKI Jakarta...