Kamis, 13 Oktober 2022

Menikmati Jejak Sejarah Transportasi

 


Pemberitaan detik.com tentang “Harta Karun di Proyek MRT” dipamerkan dalam Jejak Memori Moda Transportasi di Ibukota Jakarta menarik perhatian. Pameran dibuka pada 19 September 2022 dan berakhir di penghujung September 2022.

 September 2022 tinggal menghitung hari, pameran di dalam komplek Museum Sejarah Jakarta baru dapat dikunjungi pada Selasa 27 september.

 Ruang pamer berupa tenda besar terletak di tengah halaman dalam Museum Sejarah Jakarta. Di ruang pamer pertama, pengunjung disambut dengan replika Kereta Rel Listrik (KRL) dari kayu yang dapat dinaiki secara terbatas. Puas mencoba naik replika KRL tersebut dilanjutkan menelusur jejak transportasi di Jakarta yang dulu dikenal dengan nama Batavia.

 Dimulainya moda transportasi berbasis rel pada paruh abad ke 19 untuk mendukung kelancaran pengiriman hasil perkebunan dan pertanian program tanam paksa (Cultuur Stelsel 1830-1847). Jalur pertama Trem bertenaga kuda dibuka tahun 1869 menghubungkan jalan Cengkeh (Amsterdamse Poort) ke Harmoni. Setelah itu Trem berkembang di Semarang tahun 1881 dan Surabaya tahun 1886. Trem bertenaga uap di Batavia baru dimulai pada 1883.
Perkembangan selanjutnya, Trem tidak hanya difungsikan mengangkut barang hasil perkebunan atau pertanian hasil Tanam Paksa, trem juga digunakan mengangkut penumpang. Trem juga menjadi sarana pendukung gerakan revolusi saat perang kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah kereta api mulai berkembang, trem resmi berhenti beroperasi pada 1962.

 Jejak-jejak transportasi masa kolonial itu berupa benda yang ditemukan dalam proses penggalian. Benda temuan itu antara lain potongan gerabah, pecahan keramik kuno, uang koin, peluru dan masih banyak lagi.

 Berbagai benda yang dipamerkan menjadi bukti bukti bahwa sejarah transportasi berbasis rel di Batavia adalah yang pertama kali di Asia Tenggara. Jejak itu terungkap saat Jakarta, yang dulu bernama Batavia mengembangkan transportasi modern yaitu MRT atau Mass Rapid Transit

 Jejak moda transportasi di Jakarta menjadi salah satu kekayaan dan harta karun yang selama ini terpendam. Bagi yang sudah berkunjung, selamat menikmati harta karun yang dipamerkan. ***


Kamis, 06 Oktober 2022

Pertimbangan Matang Perancang Pameran

 


Salah satu tantangan museum adalah membuat pengunjung nyaman berada di museum. Penataan display koleksi dan tata pamer yang baik membuat pengunjung tidak hanya merasa nyaman dan puas, juga mendapatkan pengalaman tak terlupakan dan memunculkan keinginan untuk datang lagi.

Membuat pengunjung datang lagi menjadi salah satu dari sekian banyak alasan pengelola museum perlu meningkatkan lagi kualitas tenaga teknis. Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDFA) DKI Jakarta, Paramita Jaya bersama pemerintah Provinsi DKI Jakarta memahami situasi dan tantangan tersebut, kemudian menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi museum-museum yang ada di wilayah Jakarta.

 Bimtek bagi pengelola museum diantaranya Perancang Pameran, Edukator, Register, Humas dan Pemasaran, Konservator serta Kurator. Perancang Pameran adalah bagian dari rangkaian bimtek untuk meningkatkan kualitas SDM Museum di bidang Penataan Pameran. 

Peserta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja di unitnya masing-masing. Bimtek perancang pameran diikuti perwakilan dari museum-museum yang ada di Jakarta baik milik pemerintah maupun non pemerintah.Bimtek yang diadakan ini merupakan tahap awal bagi para peserta sebelum  memperoleh sertifikasi resmi sesuai bidangnya dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah no. 66/2015 tentang Museum yaitu "Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat", maka bagian mengomunikasikan koleksi ini menjadi tugas perancang pameran.

Komunikasi secara visual adalah salah satu cara menyampaikan pesan kepada pengunjung, selain banyak cara untuk mengomunikasikannya. Karena komunikasi visual banyak menampilkan gambar, teks atau simbol dengan kelengkapan elemen visualnya maka strategi komunikasinya harus dirancang agar pengunjung menangkap pesannya.

Dalam pelatihan selama 3 hari yang dimulai pada 27 Juni 2022 ini peserta diajak untuk melihat, membandingkan, mensimulasikan materi yang diajarkan baik pada obyek percontohan maupun pada museum masing-masing peserta.


Materi yang disimulasikan adalah museum yang sudah ada dengan tata pamernya kemudian menganalisa dan memberi ide perancangan yang baru. Materi yang lainnya adalah merancang suatu pameran yang belum pernah ada. Peserta diajak untuk mengasah ide yang out of the box dengan membuat matriks pameran.

Matrik adalah skema penyajian yang menyatukan berbagai jenis sajian, ruang pamer, topik dan sub-topik, serta perangkat penyajian. Umumnya berupa tabel-bagan.

Materi disajikan secara teori dan praktek kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 7-8 peserta yg mewakili museumnya. Persoalan dalam suatu materi dikupas dan dipecahkan dalam suatu presentasi kelompok yang diwakili salah satu peserta. Setelah presentasi, tiap kelompok diberi kesempatan memberi tanggapan atas pertanyaan dari peserta lain.

Bapak Punto A. Sidarto dan Ibu Nusi Lisabilla Estudiantin sebagai pemateri juga memberi masukan sebagai tanggapan atas presentasi tiap kelompok.

Pada hari terakhir Bimtek perancang pameran materi yang disajikan adalah mengimplementasikan rancangan pameran museum. Salah satu pematerinya adalah Ibu Diah Resita Kuntjoro Jakti S.Sn., M.Sn. yang membagikan pengalaman betapa pentingnya suatu brief klien dalam perancangan pameran suatu museum.

Brief klien adalah suatu data informasi yang berisi:
1. TUJUAN
2. SASARAN
3. BATASAN/LINGKUP
4. WAKTU
5.  ASUMSI
6. PELUANG
dari Museum sebagai klien. Semua informasi ini adalah riset bagian dari rencana yang menjadi landasan kerja perancang pameran untuk menghasilkan ide-ide yang berlanjut pada proses rancangan, produksi dan instalasi.

Catatan penting dari Bu Diah Resita untuk perancang pameran yang sudah diulas juga sebelumnya oleh Pak Punto di hari kedua adalah Dalam merancang tata pamer yang nyaman, petuga teknis Perancang Pameran perlu mempertimbangkan tata letak, sistem labeling yang tepat serta pencahayaan yang mendukung tampilan koleksi sehingga pengunjung dapat menikmati setiap momen berada di area pamer. ***

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...