Salah satu tantangan museum adalah membuat pengunjung nyaman berada di museum. Penataan display koleksi dan tata pamer yang baik membuat pengunjung tidak hanya merasa nyaman dan puas, juga mendapatkan pengalaman tak terlupakan dan memunculkan keinginan untuk datang lagi.
Membuat pengunjung datang lagi menjadi salah satu dari sekian banyak alasan pengelola museum perlu meningkatkan lagi kualitas tenaga teknis. Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDFA) DKI Jakarta, Paramita Jaya bersama pemerintah Provinsi DKI Jakarta memahami situasi dan tantangan tersebut, kemudian menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi museum-museum yang ada di wilayah Jakarta. Bimtek bagi pengelola museum diantaranya Perancang Pameran, Edukator, Register, Humas dan Pemasaran, Konservator serta Kurator. Perancang Pameran adalah bagian dari rangkaian bimtek untuk meningkatkan kualitas SDM Museum di bidang Penataan Pameran. Peserta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja di unitnya masing-masing. Bimtek perancang pameran diikuti perwakilan dari museum-museum yang ada di Jakarta baik milik pemerintah maupun non pemerintah.Bimtek yang diadakan ini merupakan tahap awal bagi para peserta sebelum memperoleh sertifikasi resmi sesuai bidangnya dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Mengacu pada Peraturan Pemerintah no. 66/2015 tentang Museum yaitu "Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat", maka bagian mengomunikasikan koleksi ini menjadi tugas perancang pameran. Komunikasi secara visual adalah salah satu cara menyampaikan pesan kepada pengunjung, selain banyak cara untuk mengomunikasikannya. Karena komunikasi visual banyak menampilkan gambar, teks atau simbol dengan kelengkapan elemen visualnya maka strategi komunikasinya harus dirancang agar pengunjung menangkap pesannya. Dalam pelatihan selama 3 hari yang dimulai pada 27 Juni 2022 ini peserta diajak untuk melihat, membandingkan, mensimulasikan materi yang diajarkan baik pada obyek percontohan maupun pada museum masing-masing peserta. | Materi yang disimulasikan adalah museum yang sudah ada dengan tata pamernya kemudian menganalisa dan memberi ide perancangan yang baru. Materi yang lainnya adalah merancang suatu pameran yang belum pernah ada. Peserta diajak untuk mengasah ide yang out of the box dengan membuat matriks pameran. Matrik adalah skema penyajian yang menyatukan berbagai jenis sajian, ruang pamer, topik dan sub-topik, serta perangkat penyajian. Umumnya berupa tabel-bagan. Materi disajikan secara teori dan praktek kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 7-8 peserta yg mewakili museumnya. Persoalan dalam suatu materi dikupas dan dipecahkan dalam suatu presentasi kelompok yang diwakili salah satu peserta. Setelah presentasi, tiap kelompok diberi kesempatan memberi tanggapan atas pertanyaan dari peserta lain. Bapak Punto A. Sidarto dan Ibu Nusi Lisabilla Estudiantin sebagai pemateri juga memberi masukan sebagai tanggapan atas presentasi tiap kelompok. Pada hari terakhir Bimtek perancang pameran materi yang disajikan adalah mengimplementasikan rancangan pameran museum. Salah satu pematerinya adalah Ibu Diah Resita Kuntjoro Jakti S.Sn., M.Sn. yang membagikan pengalaman betapa pentingnya suatu brief klien dalam perancangan pameran suatu museum. Brief klien adalah suatu data informasi yang berisi: 1. TUJUAN 2. SASARAN 3. BATASAN/LINGKUP 4. WAKTU 5. ASUMSI 6. PELUANG dari Museum sebagai klien. Semua informasi ini adalah riset bagian dari rencana yang menjadi landasan kerja perancang pameran untuk menghasilkan ide-ide yang berlanjut pada proses rancangan, produksi dan instalasi. Catatan penting dari Bu Diah Resita untuk perancang pameran yang sudah diulas juga sebelumnya oleh Pak Punto di hari kedua adalah Dalam merancang tata pamer yang nyaman, petuga teknis Perancang Pameran perlu mempertimbangkan tata letak, sistem labeling yang tepat serta pencahayaan yang mendukung tampilan koleksi sehingga pengunjung dapat menikmati setiap momen berada di area pamer. *** |