Selasa, 04 Desember 2018

HABYT

Habyt atau model pakaian Para Suster awalnya memakai pakaian biara warna hitam panjang sampai di mata kaki dengan gempt di dada warna putih berbentuk kotak. Untuk bagian kepala memakai muts warna putih untuk menutup rambut supaya tidak kelihatan/keluar, baru kemudian ditutup dengan penutup warna putih dan diatasnya ada slyer kain tipis hitam. 

Pada akhir tahun 1905, bentuk gempt kotak diganti berbentuk bundar/bulat dan muts juga berubah, tidak seperti model di Eropa lagi. Tahun 1933, pada masa Pemimpin Umum Sr Marie de St Jean Martin, warna habyt para suster di Hindia Belanda berubah warna dari hitam menjadi warna putih untuk menyesuaikan dengan iklim tropis. 

Suster Emmanuel Koch pulang dari Kapitel Umum di Roma. Beliau membawa kabar penting, tetapi kami harus sabar dulu. Suster Clemence serta semua pemimpin biara Ursulin lain dipanggil ke Bandung.

Sesudah kembali dari Bandung, beliau langsung memberitahukan kepada kami bahwa kami akan mengganti busana biara hitam dengan busana putih.
Hari ini, tanggal 19 Maret 1933, pada pesta Santo Yusup, kami tampil untuk pertama kalinya dengan busana biara yang putih! Aduh, betapa enaknya perubahan itu. Untuk “membiasakan diri” kami berekreasi sepanjang hari. Tidak sulit membayangkan keramaian di biara kami hari ini. (Kronik Noordwijk 1856-1986) 

Selama lebih dari 30 tahun para suster Ursulin di Batavia memakai habyt putih panjang. Model slyer dan panjang habyt sama dengan sewaktu habyt masih berwarna hitam. Setelah selesai Konsili Vatikan yang diadakan tahun 1962-1965, ada perubahan besar pada cara hidup dan aturan hidup religius di seluruh dunia. Tidak terkecuali para suster Ursulin, khususnya dalam hal berpakaian.  

Habyt tidak hanya 1 warna putih saja, namun juga bisa warna abu-abu dan slyer-nya juga dapat disesuaikan. Panjang habyt tetap semata kaki, tetapi model slyer berubah lebih sederhana. 

“Tutup kepalanya sekarang tidak lagi seperti model pangsit,” komentar salah satu suster. Tapi berubah menjadi lebih sederhana, hanya masih memakai muts di dalamnya. Warnanya pun boleh lain, misalnya abu-abu. Seragam habyt panjang sampai mata kaki dan memakai kaos kaki dan sepatu tertutup berlangsung sampai dengan Kapitel Umum tahun 1967. 

Pada waktu kembali dari Kapitel Umum, provincial Sr Redempta Dencher memperkenalkan habyt baru yang sederhana, yaitu habyt sederhana tanpa “ploi-ploi”/lipatan dan slyer tanpa muts lagi. Awalnya para suster agak canggung dengan sesuatu yang baru karena belum terbiasa. (Sumber dari Buku URSULIN PENDIDIK PEREMPUAN PERTAMA DI INDONESIA Derap Langkah 160 Tahun, Komunitas Ursulin Santa Maria, Jakarta.hal.64)

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...