Jumat, 09 Februari 2024

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelayanan agar masyarakat tertarik datang ke museum. Quesioner menjadi salah satu cara Visitor Studies atau meneliti pengunjung untuk mengetahui pengalaman, kepuasan dan kebutuhan pengunjung sesuai usia. 

Hasil penelitian tersebut menjadi pedoman museum untuk meningkatkan pelayanannya agar masyarakat semakin tertarik datang ke museum.


Ibu Irna Trilestari, dalam paparan di sesi pertama dengan judul Visitor Study, mengutip Pedoman Museum Indonesia tahun 2010 menegaskan bahwa Studi Pengunjung menjadi salah satu pelaksanaan kegiatan penelitian atau kajian guna pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Museum perlu melakukan kajian untuk mengetahui dan memahami dari pengunjung, motivasi, kebutuhan dan harapan serta bagaimana mereka mengeksplore, apa yang mereka dapatkan dan peroleh dari pengalaman menjelajah museum. Beberapa cara dapat dilakukan untuk melakukan kajian atau penelitian. Proses mengkaji selain dengan questioner adalah dengan wawancara tatap muka atau telepon, angket, questioner online.

Sesi kedua dengan judul Visitor Studies Research: An Introduction di Museum Sejarah Jakarta, senin 17 Juni 2019 Ibu Dian Sulistyowati yang menjadi nara sumber mengajak peserta seminar untuk masuk lebih dalam mengapa museum perlu melakukan kajian atau penelitian. Bukan hanya sekedar menggenapi peraturan seperti yang tercantum dalam buku pedoman. 

Dari hasil kajian atau penelitian, Museum harus dapat memahami keinginan pengunjung sehingga dapat meningkatkan pengalaman kunjungan di museum. Kemudian museum dapat mengembangkan pameran, program publik dan fasilitas di museum.
Kajian atau penelitian pengunjung sendiri merupakan sebuah proses penting untuk memperbaiki pelayanan museum baik demi kepentingan pengunjung yang ada maupun pengunjung potensial. Pengunjung potensial adalah berbagai kelompok institusi atau komunitas atau lembaga yang ada di masyarakat.

Kajian pengunjung museum memiliki beberapa cakupan, antara lain: Audience research and development Pada kajian ini, fokus museum adalah untuk mencari tahu alasan mengapa orang datang berkunjung atau tidak datang berkunjung ke museum, hal- hal apa yang menarik dari suatu kunjungan, bagaimana menciptakan pengunjung baru dan memahami persepsi publik tentang museum.

Exhibit design and development Kajian terhadap pengunjung terkait dengan desain pameran di museum difokuskan mulai dari perancangan atau persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi akhir dari pameran tersebut. Kajian ini adalah upaya untuk mencari tahu efektivitas dari sebuah pameran di museum.

Program design and development Seperti halnya kajian pengunjung yang dilakukan pada exhibit design, kajian pengunjung yang dilakukan pada program design and development ini berupaya untuk mencari tahu apakah sebuah program yang digagas oleh museum tepat sasaran bagi pengunjung atau calon pengunjung museum. General facility design Kajian pengunjung yang fokus pada upaya memenuhi kebutuhan pengunjung dan masyarakat lain terhadap fasilitas umum yang terdapat di museum, seperti area parkir, toilet, dansebagainya. 

Visitor services berkaitan dengan upaya museum untuk mengetahui apakah layanan yang diberikan oleh museum telah memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap museum tersebut. Seperti pelayanan yang ramah dari staff museum (customer service, sekuriti, bagian loket, pemandu dan sebagainya) apakah pengunjung mendapatkan hal tersebut? Kesan apa yang diperoleh pengunjung setelah mendapat pelayanan dari staff museum?

Kajian atau penelitian ini sangat diperlukan agar museum dapat terus relevan terhadap kelompok-kelompok umur yang menjadi sasarannya. Elemen utama yang menjadi tujuan dari kajian pengunjung adalah untuk memahami kebutuhan dan minat pengunjung, serta untuk menciptakan lingkungan dan pengalaman yang mereka harapkan saat mengunjungi museum.***

Jumat, 02 Februari 2024

Wanita, Museum dan Interpretasi

 


Memenuhi undangan Komunitas Jelajah, Sr. Marie Louise Nastiti, OSU dari Museum Ursulin Santa Maria dan Suster Lucia Anggraini, OSU dari Gallery Ursulin Malang hadir dan turut menyumbangkan cerita dalam bincang-bincang  Talk & Walk dengan tajuk Wanita Museum & Interpretasi bersama para tokoh dan juga para wanita di belakang layar museum, cagar budaya dan sejarah. 

Kegiatan Talk & Walk, diselenggarakan pada Minggu, 28 Januari 2024 Pukul 07.30 WIB di Museum Soesilo Soedarman, Tinggarjati Lor, Gentasari, Kroya.

 Wanita memiliki peran strategis dalam mendokumentasikan perjalanan bangsa. Jerih payah para wanita inspiratif tersebut dapat dirasakan saat ini, khususnya dalam memberikan edukasi kepada generasi muda.

Prof. Indroyono Soesilo, penggagas Museum Soesilo Soedarman bersama Ibu Apoli Purini Direktur Museum Soesilo Soedarman, menyambut tamu yang hadir, antara lain Musiana Yudhawasthi (Ketua Komunitas Jelajah), Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch PhD (Pembina Komunitas Jelajah), Lisa Ayodhia (Wanita Panutan), Rina Zoet (Hako Mullia Abadi), Mahirta (Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia), Yularti (Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Jawa Tengah), Retna Dyah Radityawati (Museum RA Kartini Rembang), Arianata Vira Testiani (Museum Akademi Polisi RI), dan DS Nugraheni (Museum UGM).

Ibu Musiana Yudhawasthi Ketua Komunitas Jelajah menerangkan maksud kegiatan, “Hari ini ngobrolnya memang tentang perempuan. Dimana museum-museum itu sebetulnya ingin mencoba mengkomunikasikan koleksi mengenai prempuan atau koleksi yang berkaitan dengan wanita“

Prof. Indroyono dalam sambutannya menyampaikan bahwa Museum Soesilo Soedarman juga memiliki cerita dan koleksi tentang perempuan salah satunya yaitu foto Megawati bersama Jenderal Soesilo Soedarman. 

Megawati seorang perempuan ketua umum partai besar yang gigih berjuang menghadapi tekanan pemerintah orde baru. Selain itu terdapat ruang yang dikhususkan untuk ibunya, yaitu Ruang Koleksi Widaningsri Soesilo Soedarman.  

Suster Marie louise Nastiti menceritakan perjalanan karya tujuh suster Ursulin pionir yang semuanya adalah wanita muda. Mereka berkarya dengan membuka asrama, sekolah untuk anak-anak dan sekolah guru. Karya tersebut terus berkembang sampai saat ini.

Dari seluruh pemapar, Ibu DS Nugraheni pengelola Museum UGM mengaku bahwa lebih dari 60%, staff di Museum UGM adalah perempuan. Ia mengatakan bahwa staff perempuan di museum UGM menikmati pekerjaanya.

Setelah istirahat makan siang, acara dilanjutkan dengan keliling area Museum Soesilo Soedarman dipandu Prof. Indroyono Soesilo. Ia menjelaskan koleksi museum satu persatu dan berkeliling ke seluruh ruangan museum.

Prof. Indroyono memberikan penjelasan bagaimana ia mendapatkan koleksinya secara gratis. Ia menghubungi para pejabat dan petinggi TNI Polri yang pernah berelasi dengan ayahnya Jenderal TNI Soesilo Soedarman. Ia mengatakan kepada pejabat yang bersangkutan bahwa fotonya saat masih muda tersimpan sekaligus mengajak untuk berkunjung ke museum Soesilo Soedarman.

Ketika pejabat tersebut datang dan melihat, ia terkesan karena foto dan namanya tercatat di museum itu. Pejabat itu kemudian ditawari barang yang dapat dihibahkan menjadi koleksi museum agar dapat dirawat dan dijaga sehingga namanya tetap diingat generasi penerus.

Para pejabat biasanya tidak menolak bahkan dengan senang hati menyumbangkannya. Maka di halaman museum Soesilo Soedarman tersaji berbagai kendaraan dan senjata tempur. Selain berbagai koleksi bersejarah, para pejabat yang pernah berelasi, diajak untuk menanam pohon yang kemudian diberi prasati, siapa penanamnya.

Koleksi unik tersebut menjadi cirikhas museum Soesilo Soedarman sekaligus penanda titik lokasi agar Masyarakat mudah mengenali dan menemukannya.

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...