Jumat, 02 Februari 2024

Wanita, Museum dan Interpretasi

 


Memenuhi undangan Komunitas Jelajah, Sr. Marie Louise Nastiti, OSU dari Museum Ursulin Santa Maria dan Suster Lucia Anggraini, OSU dari Gallery Ursulin Malang hadir dan turut menyumbangkan cerita dalam bincang-bincang  Talk & Walk dengan tajuk Wanita Museum & Interpretasi bersama para tokoh dan juga para wanita di belakang layar museum, cagar budaya dan sejarah. 

Kegiatan Talk & Walk, diselenggarakan pada Minggu, 28 Januari 2024 Pukul 07.30 WIB di Museum Soesilo Soedarman, Tinggarjati Lor, Gentasari, Kroya.

 Wanita memiliki peran strategis dalam mendokumentasikan perjalanan bangsa. Jerih payah para wanita inspiratif tersebut dapat dirasakan saat ini, khususnya dalam memberikan edukasi kepada generasi muda.

Prof. Indroyono Soesilo, penggagas Museum Soesilo Soedarman bersama Ibu Apoli Purini Direktur Museum Soesilo Soedarman, menyambut tamu yang hadir, antara lain Musiana Yudhawasthi (Ketua Komunitas Jelajah), Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch PhD (Pembina Komunitas Jelajah), Lisa Ayodhia (Wanita Panutan), Rina Zoet (Hako Mullia Abadi), Mahirta (Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia), Yularti (Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Jawa Tengah), Retna Dyah Radityawati (Museum RA Kartini Rembang), Arianata Vira Testiani (Museum Akademi Polisi RI), dan DS Nugraheni (Museum UGM).

Ibu Musiana Yudhawasthi Ketua Komunitas Jelajah menerangkan maksud kegiatan, “Hari ini ngobrolnya memang tentang perempuan. Dimana museum-museum itu sebetulnya ingin mencoba mengkomunikasikan koleksi mengenai prempuan atau koleksi yang berkaitan dengan wanita“

Prof. Indroyono dalam sambutannya menyampaikan bahwa Museum Soesilo Soedarman juga memiliki cerita dan koleksi tentang perempuan salah satunya yaitu foto Megawati bersama Jenderal Soesilo Soedarman. 

Megawati seorang perempuan ketua umum partai besar yang gigih berjuang menghadapi tekanan pemerintah orde baru. Selain itu terdapat ruang yang dikhususkan untuk ibunya, yaitu Ruang Koleksi Widaningsri Soesilo Soedarman.  

Suster Marie louise Nastiti menceritakan perjalanan karya tujuh suster Ursulin pionir yang semuanya adalah wanita muda. Mereka berkarya dengan membuka asrama, sekolah untuk anak-anak dan sekolah guru. Karya tersebut terus berkembang sampai saat ini.

Dari seluruh pemapar, Ibu DS Nugraheni pengelola Museum UGM mengaku bahwa lebih dari 60%, staff di Museum UGM adalah perempuan. Ia mengatakan bahwa staff perempuan di museum UGM menikmati pekerjaanya.

Setelah istirahat makan siang, acara dilanjutkan dengan keliling area Museum Soesilo Soedarman dipandu Prof. Indroyono Soesilo. Ia menjelaskan koleksi museum satu persatu dan berkeliling ke seluruh ruangan museum.

Prof. Indroyono memberikan penjelasan bagaimana ia mendapatkan koleksinya secara gratis. Ia menghubungi para pejabat dan petinggi TNI Polri yang pernah berelasi dengan ayahnya Jenderal TNI Soesilo Soedarman. Ia mengatakan kepada pejabat yang bersangkutan bahwa fotonya saat masih muda tersimpan sekaligus mengajak untuk berkunjung ke museum Soesilo Soedarman.

Ketika pejabat tersebut datang dan melihat, ia terkesan karena foto dan namanya tercatat di museum itu. Pejabat itu kemudian ditawari barang yang dapat dihibahkan menjadi koleksi museum agar dapat dirawat dan dijaga sehingga namanya tetap diingat generasi penerus.

Para pejabat biasanya tidak menolak bahkan dengan senang hati menyumbangkannya. Maka di halaman museum Soesilo Soedarman tersaji berbagai kendaraan dan senjata tempur. Selain berbagai koleksi bersejarah, para pejabat yang pernah berelasi, diajak untuk menanam pohon yang kemudian diberi prasati, siapa penanamnya.

Koleksi unik tersebut menjadi cirikhas museum Soesilo Soedarman sekaligus penanda titik lokasi agar Masyarakat mudah mengenali dan menemukannya.

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...