Rabu, 21 Mei 2025

Busana Suster

 


Busana suster meski mengalami perubahan namun pada pokoknya penampilannya dibuat sederhana. Pada awal pembentukannya, Romo Lambert tidak menentukan model baju secara khusus bagi para suster. Mengutip dari Kronik Ursulin Noordwijk, Baju yang dikenakan suster sederhana dan biasa saja.

 Halaman 3 buku kronik Ursulin Noordwijk  mencatat “Pada tanggal 30 April tahun 1818, mereka berkumpul di pastoran. Yang hadir pada waktu itu adalah Rama Lambertz, 3 calon biarawati dan ibu dari Anna dan ibu dari catharina, orang tua calon biarawati. Mereka mengadakan doa khusus, antara lain veni creator dan Litani semua orang Kudus. sejak upacara itu, mereka mulai menyebut diri "suster". Pakaian mereka sopan dan sederhana saja, tidak ada yang khas.”

 Baju para suster ursulin dari Tildonk tidak berubah Ketika tiba di Batavia tahun 1856. Baju dengan assesories yang khas tetap dipertahankan seperti rosario yang melilit salib besar dan diikatkan pada pinggang.  

 Buku sejarah 165 Tahun Ursulin Santa Maria Juanda halaman 59 menceritakan detail baju suster. “Sejak kedatangan, para suster Mère/Soeur memakai pakaian biara/seragam warna hitam panjang sampai di mata kaki dengan gempt di dada warna putih berbentuk kotak. Bagian kepala memakai muts (= penutup rambut) di kepalanya supaya tidak kelihatan/keluar, baru kemudian ditutup dengan kap warna putih model “pangsit”, lalu di atas kap ada kerudung/slyer tipis warna hitam.”

 Perubahan terjadi di akhir tahun 1905, bentuk gempt kotak putih di dada diganti berbentuk bundar/bulat.

 Tahun 1933 warna habyt para suster di daerah tropis, khususnya Hindia Belanda, tidak lagi berwarna hitam, namun boleh warna putih untuk menyesuaikan dengan iklim tropis. Pada pesta Santo Yusup, 19 Maret 1933 para suster tampil untuk pertama kalinya dengan busana biara putih

 selesai Konsili Vatikan (1962—1965), ada perubahan besar khususnya dalam hal berpakaian. Habyt tidak hanya satu warna putih, tetapi juga bisa warna abu-abu dan slyer-nya juga dapat disesuaikan. Panjang habyt tetap semata kaki, tetapi model slyer berubah lebih sederhana.

 Pada waktu kembali dari Kapitel Umum, Provincial Suster Redempta Dencher memperkenalkan habyt baru yang lebih sederhana, yaitu habyt tanpa “ploi-ploi”/lipatan dan memakai slyer tanpa muts lagi. Awalnya, para suster agak canggung karena belum terbiasa dengan sesuatu yang baru karena tanpa muts rambut di kepala yang selama ini tidak kelihatan menjadi tampak.

  Cara berpakaian para suster tercatat dalam buku KATA KATA SANTA ANGELA, REGULA, NASEHAT, WARISAN (RNW)  pada bagian REGULA bab II

1.      Perliu diingat,bahwa pakaian dan cara berpakaian mereka harus sopan dan sederhana sebagaimana layaknya kesederhanaan seorang perawan.

2.      Karena itu, mereka harus memakai gaun yang tertutup dengan baik dan syal dari linen atau katun kain yang tidak terlalu mewah dan tidak tembus pandang; demikian pula halnya dengan kerudung mereka.

3.      Baju mereka harus terbuat dari  kain kasar atau sejenis kain wol berwarna coklat atau coklat tua, atau abu-abu tua, yang cocok dengan mereka masing-masing sesuai dengan kemungkinan yang ada.

4.      Mereka boleh tetap mengenakan pakaian yang mereka miliki pada saat masuk kompani hanya sampai pakaian itu rusak. Dan asal pakaian itu tidak berlipit-lipit tak berbelah lengannya, atau empunyai border kerrawang, sulaman ataupun hiasan lain.

5.      Endaknya mereka mengenakan ikat pinggang kulit sebagai tandamatiraga lahir dan kesucian batin yang semnpurna.

6.      Mereka tidak boleh mengenakan sutera, atau beludru, atau perak atau emas, maupun sandal atau sepatu yang tidak hitamdan sederhana.

7.      Syal atau kerudung tidak boleh warna-warni, atau terbuat dari sutera atau kain yang terlalu mewah dan tembus pandang, pakaian dalam mereka tidak berlipit-lipit.

8.      Pendek kata, tidak mengikuti mode, atau pebnuh hiasan atau tembus pandang, dan memakai hal-hal lain yang tidak perlu, yang bisa menodai hati Nurani mereka sendiri dan orang lain,

9.      Atau yang berlawanan dengan kesederhanaan seorang perawan.

 Peraturan itu mengajak para suster untuk rendah hati melalui cara berpakaian yang sederhana, dari bahan sederhana dan tidak perlu asesories, yang penting nyaman dan menyesuaikan dengan adat kebiasaan setempat. ***

 

 

Koleksi Museum Pendidikan Santa Maria Dipamerkan

SaintPedia berkolaborasi dengan Kampus Ministry Unika Atma Jaya menghadirkan relikui dari berbagai kelas dalam sebuah kegiatan pameran relik...