Tantangan Komunikasi
Generasi Z
Reportase Mugalemon
edisi Juni 2024
Undangan temu Mugalemon
(Museum Galeri dan Monumen) di aplikasi Whats App grup (WAG) Amida Paramita
Jaya disampaikan oleh salah satu pengurusnya, Bapak Adang Suryana pada Selasa
25 Juni 2024.
Amida Paramita Jaya adalah
nama bagi komunitas pengelola pemerhati dan pencinta museum-museum di wilayah
Jakarta dan sekitarnya.
Dalam undangan tersebut,
disertakan e-flyer berjudul “Beda GENERASI beda KOMUNIKASI” dengan informasi
kegiatan dan pendaftaran peserta secara luring (luar jaringan/hadir ditempat)
terbatas.
Pak Adang yang mengirimkan
undangan mengajak anggota grup untuk hadir dalam acara tersebut sekaligus
melihat TMII yang sudah direnovasi.
“mari,
hayu kita hadir langsung ke Museum Penerangan di TMII utk menambah wawasan,
pengetahuan sekaligus melihat TMII saat ini yg sdh direnovasi.”
Bpk ibu Pengelola
Museum, Galeri dan Monumen Yth.
Temu Mugalemon,
Besok kamis, 27 Juni
2024 di Museum Penerangan RI - TMII.
bagaimana seorang pekerja museum melakukan
komunikasi yang baik dan relevan untuk pengunjung dari berbagai generasi.
Tema "BEDA GENERASI
BEDA KOMUNIKASI"
Narasumbernya langsung dari Yogyakarta dan
Jakarta,
mari, hayu
kita hadir langsung ke
Museum Penerangan di TMII utk menambah wawasan, pengetahuan sekaligus melihat
TMII saat ini yg sdh direnovasi.
sila di isi link nya dan
lanjut masuk ke grup.
https://komin.fo/DaftarOffline...
Temu Mugalemon di Museum
Penerangan di kawasan TMII Kamis 27/07/2024 dimulai sekitar jam 09.30. Hadir
dalam kegiatan tersebut ketua AMIDA Paramita Jaya, Bapak Yiyok T. Herlambang,
Direktur TMII Ibu Intan Ayu Kartika, GM Park TMII Bpk. Kol. Laut I Gusti Putu
Ngurah Sedana. Museum Penerangan sebagai tuan rumah diwakili Kabag Umum Ibu
Yuliah.
Ibu Intan Ayu Kartika,
Direktur TMII mengaku baru menjabat di awal Juni 2024. Dalam sambutannya ia
senang karena diundang dalam acara ini (Temu Mugalemon) sehingga ia bisa tahu
situasi di TMII. Ia mengajak Kerjasama AMIDA
untuk lebih banyak diskusi dan berjanji secara bertahap akan menjadikan
museum di TMII semakin lebih baik dari sebelumnya sehingga pengunjung semakin
memiliki banyak pilihan kunjungan museum.
Paparan narasumber pertama
oleh ibu Isti Yuanida, edukator Museum Ullen Sentalu. Ibu Isti menekankan supaya
Museum melayani masyarakat, secara khusus masyarakat pengunjung Gen Z yang
lahir antara tahun 1996 sampai 2010.
Perhatian khusus itu
diberikan karena para Gen Z inilah dalam beberapa tahun kedepan akan menjadi
pemimpin negara. Museum harus menjadi jembatan masa lalu dengan para Gen Z
sebagai masa depan. Oleh karena itu Museum membekali para Gen Z itu dengan nilai budaya agar para
Gen Z tidak kehilangan akarnya. Maka dalam penyajian koleksi, pemandu wajib
menemani para pengunjung Gen Z tersebut maksimal selama 50 menit.
Durasi 50 menit adalah
durasi yang pas bagi setiap manusia dalam mencerna pengetahuan, nilai atau ilmu
secara sungguh-sungguh. Para pengunjung tidak akan mampu menerima materi lebih
dari 50 menit. Bila dipaksakan lebih dari 50 menit dan dijejali banyak informasi,
pengunjung akan kelelahan kemudian tidak akan datang lagi karena merasa bahwa
semua informasi sudah diketahui.
Oleh karena itu durasi
pendampingan oleh pemandu selama 50 menit itu bertujuan menekankan suatu ilmu
atau informasi serta nilai nilai dari koleksi yang dipamerkan. Selain itu juga
memunculkan rasa penasaran dari pengunjung untuk datang lagi karena masih ada
koleksi yang belum dijelaskan.
Narasumber kedua Mas
Muhammad Dicka Ma’arief dosen dari Kalbis University membahas komunikasi
visual. Komunikasi visual menjadi
penting ketika berhadapan dengan Gen Z karena dapat merasakan pengalaman dari
sebuah gambar dan membebaskan dari noise atau penghalang komunikasi dan cepat
ditangkap maksudnya.
Ia memberikan gambaran
perbedaan media visual antara Youtube, Tik-Tok dan Instagram (IG). Youtube
fokus pada video dengan durasi yang panjang. Tik-Tok focus pada video pendek,
pencarian tren kekinian, dapat digunakan untuk siaran live. Instagram focus pada
fotografi, rekomendasi, pertemanan dan bisnis.
Contoh museum yang
menggunakan media visual youtube adalah Museum Nasional. Video youtube yang
dibuat Museum Nasional berdurasi panjang tentang berbagai koleksinya, sejarah,
budaya dan pesan. Karakter videonya dibuat seperti mini dokumenter.
Materi media visual
Tik-Tok dapat melihat contoh dari Museum MACAN. Video pendeknya menceritakan
koleksi baru dengan karakteristik singkat, sederhana namun persuasif.
Untuk fotografi di museum,
akan sangat baik bila koleksi dipotret dengan obyek tambahan pengunjung.
Tujuannya agar benda koleksi tersebut tampak lebih hidup. Mas Dicka kemudian
menampilkan contoh foto-foto hasil jepretannya di berbagai Museum.
Ibu Misari Kepala Unit
Pengelola Museum Kebaharian Jakarta yang menjadi narasumber terakhir mengakui
ada tantangan dalam komunikasi ketika berhadapan dengan staff, stakeholder dan
pengunjung dari berbagai lintas kelompok usia.
Menyadari kepemimpinannya
masih seumur jagung, tetapi menghadapi kondisi yang luar biasa karena perbedaan
usia, generasinya berbeda. Kemampuan untuk berkomunikasi masih kurang maka langkah
pertama yang diambil adalah menginventarisir tantangan.
Berdasarkan pengalamannya
selama ia memimpin Unit Kebaharian, tantangan itu antara lain Teknologi, Gaya
dan Bahasa Komunikasi, Penyesuaian terhadap perubahan, Penghargaan terhadap
nilai budaya dan sejarah, Penanganan konflik dan masalah.
Terkait tantangan
teknologi, Ibu Misari menebar jaring ke banyak kampus salah satunya Kalbis,
UPH, Gunadarma. Dengan menebar jaring ke banyak kampus maka ada pengembangan
peningkatan dari terbatasnya SDM dan teknologi.
Menghadapi tantangan Gaya
dan Bahasa Komunikasi serta Penyesuaian terhadap perubahan, Ibu Misari
melakukan kegiatan dialog dengan ngopi bareng seminggu sekali. Dari kegiatan
ngopi bareng serta dialog ini akan ditemukan banyak solusi atas berbagai
tantangan yang dihadapi.
Untuk generasi yang
berbeda usia jauh, ia memantau staff melalui CV yang mereka ajukan saat melamar.
Dari memantau CV akan diketahui apa kemampuan mereka. Pada saat ngopi itulah ia
memaksimalkan kemampuan para staffnya dengan memberi tantangan membuat suatu
program untuk mendukung kemajuan museum.
Salah satu hasil challenge
adalah, dalam waktu dekat Museum Bahari akan menggelar pameran temporer dengan
tajuk kapal-kapal yang Berjaya. Meski dengan dana terbatas, pesertanya luar
biasa karena partisipannya tidak hanya museum provinsi tetapi Kedutaan di
Jakarta yang memiliki kejayaan maritim dengan dana dari masing-masing peserta.
Hal lainnya adalah
berusaha memahami cara pandang terhadap perubahan. Peningkatan SDM dapat
bekerja sama dengan AMI DKI, Pemprov dan dikirim untuk mengikuti bimtek-bimtek(Bimbingan
Teknis). Kemudian menebar jala ke kampus untuk meningkatkan kemampuan dan skill
staff.
Tantangan lainnya adalah Penghargaan terhadap
nilai budaya dan sejarah. Salah satu Solusi yang dilakukan Ibu Misari adalah
mengingatkan sekaligus memberi contoh untuk tertib dan disiplin dengan waktu
kerja. Karena hal itu menjadi panduan sekaligus rambu-rambu agar tidak
melenceng.
Bapak Adang Suryana,
moderator diskusi, saat dihubungi usai acara memberikan Kesimpulan. Ia
mengatakan kita harus siap menghadapi kondisi anak-anak generasi Z yang canggih
namun tertutup. Ia juga berpesan untuk tidak merasa marketing kita (museum)
sudah hebat. Apakah sudah menjawab apa yang diperlukan generasi zaman sekarang
tentang mengelola museum?
Ia juga mengajak para
pengelola Museum untuk berjejaring. “Sebagai pengelola museum kita harus
membuka jaringan dengan banyak Lembaga dengan swasta dan lain sebagainya.”
Menutup pembicaraan, Pak
Adang menekankan bahwa kita harus siap mengikuti perkembangan zaman, “Dunia
ini sudah berubah, kita harus mengikuti perkembangan zaman atau mati ditinggal
zaman. Kita pilih yang mana untuk dapat mengelola perbedaan generasi dan
perbedaan berkomunikasi?” pungkasnya.
Usai kegiatan, seluruh
peserta yang hadir di Museum Penerangan diajak berkeliling TMII menggunakan dua
mobil Listrik dan dua pemandu. ***(TA)