Rabu, 02 Agustus 2017

YANG MENARIK

    Kotak kayu dan bantal penghangat makanan/minuman sebelum ada microwave/dispenser

  
Di Ruang Liturgi, ada banyak relikui (bagian/ tubuh dari orang-orang kudus), dari Santo Ignatius Loyola sampai santo-santa lain yang tak dikenal. Tak dikenal karena ketika ditemukan pertama kali, semuanya menumpuk di belakang kapel biara. Antara relikui dan surat keterangannya terpisah satu sama lain dan masih dalam bahasa Latin. Dengan telaten Sr. Ingrid Widhiningsih, mulai mencocokkan surat dan tulisan yang ada di relikui satu per satu. “Wah, relikuinya banyak sekali,” kata Sr. Madeleine Mail, sewaktu datang dengan beberapa suster dari komunitas Jalan Pos. “Mungkin itu yang membuat biara ini jadi sejuk dan tenang,” lanjutnya. Suatu saat, datanglah ahli sejarah gereja, Rm. A. Heuken, SJ, dengan tongkatnya, ingin melihat-lihat museum. Beliau sempat heran, “Di biara-biara lain relikuinya tidak sebanyak yang ada di sini,” katanya. Perkiraan kami adalah kemungkinan setiap suster misionaris Ursulin yang datang ke Indonesia masing-masing membawa relikui. Bisa jadi mereka memohon perlindungan dan keselamatan di jalan kepada orang kudus devosi mereka masing-masing. Setelah sampai di Batavia, di rumah induk Noorwijk ini, relikui-relikui itu lalu ditinggalkan.







Yang tidak kalah menarik adalah berbagai macam bentuk salib dan patung Bunda Maria. Unik dan indah, raut wajahnya cantik dan proporsional tingginya. Kalau kita amati, berbeda dengan patung-patung buatan sekarang. Sering kali wajah patung “kurang cantik” dan “kurang proporsional perbandingan tinggi badannya.” Keunikan dan keindahan hasil karya pahatan mencerminkan suatu ungkapan jiwa dan perasaan si pembuat, si pematung, atau si pemahat. Tentu hal ini tidak luput dari kontemplasi si pemahat, relasi si pemahat, dan yang dipahat.












Di Ruang Karya, ada berbagai mata uang logam sejak zaman VOC–Belanda sampai sekarang. Yang masih jelas terbaca berasal dari tahun 1739. Bentuk koinnya agak besar, lebih besar dari uang logam zaman-zaman berikutnya. Ada juga mata uang dari berbagai negara yang pernah singgah di Indonesia seperti Inggris, Jepang, Portugis. Selain itu, ada pula mata uang negara lain seperti India, Kanada, Jerman, Italia, Amerika dll. Ini menandakan adanya peziarahan karya dan transaksi arus pedagangan yang pernah terjalin saat itu dengan dan oleh para Suster Ursulin. Bisa dibayangkan, pada zaman itu relasi para Ursulin dengan berbagai kalangan dan bangsa, mendunia-internasional.

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...