Rabu, 02 Agustus 2017

MEMULAI PEMBANGUNAN MUSEUM









Ketika menemukan bermacam ragam peninggalan para suster pendahulu, Sr. Ingrid mulai berpikir untuk apa dan harus bagaimana dengan berbagai artefak “bernilai” sejarah itu? 

Merasa tergugah untuk “menyelamatkannya”, maka ketika ada waktu luang, sedikit demi sedikit beliau mulai mengumpulkan, memilah-milah, dan membersihkannya. “Biasanya waktu istirahat siang atau hari Minggu, saya kerjakan pelan-pelan.” 

Kemudian dengan memanfaatkan ruang-ruang kosong dalam biara lama yang sempat menjadi “gudang”, artefak itu diurutkan, diatur, dan dinamai. “Dibutuhkan waktu satu setengah tahun untuk mengerjakan semuanya,” jelas Sr. Ingrid yang menjadi pemimpin Komunitas San-Mar sejak 2009.

Lalu datanglah volunteer Ibu Gina Sutono, alumni SPG Santa Maria, yang pernah dipercaya mengurus Museum Katedral Jakarta, menawarkan diri untuk mengurus Museum San-Mar. Tawaran yang sangat berharga ini semakin membangkitkan semangat Sr. Ingrid untuk terus memelihara dan mewartakan kehadiran Museum Santa Maria. 

Awalnya staf Yayasan Nitya Bhakti dan suster muda dilibatkan untuk mencatat dan melayani para pengunjung. Dari biara sendiri, diperbantukan Sr. Elisa dan Sr. Lucia hingga saat ini. Keberadaan Museum San-Mar juga dimasukkan di situs sekolah San-Mar. 

Ibu Gina, pemerhati kelestarian artefak di museum, dengan penuh semangat mengurus tata letak artefak-artefak dan membuat brosur, bahkan Gina sampai menjadi pemandu para tamu yang datang. Berita tentang museum sudah pernah dimuat dalam majalah HIDUP.







Kini, setiap tahun rombongan siswa Sekolah Santa Maria mengunjungi museum sebagai bagian dari kegiatan Opspek/acara pengenalan kampus, mengenal lingkungan, dan sekaligus mengenal para suster pendahulu. 

Dari sekolah-sekolah Ursulin lain yang sudah pernah datang antara lain, Sr. Francesco dengan para guru BSD, menyusul anak-anak KB-TK BSD. Lalu siswa-siswi SD St. Ursula-Jakarta, menyusul SD St. Theresia datang secara bergelombang, dengan menumpang bis Trans-Jakarta, juga kelompok SSA-nya. 

Menurut mereka, yang menarik dari museum antara lain: daftar kematian para suster, tempat tidur dengan hiasan-hiasan di atasnya, buku-buku liturgi dengan tulisan Latin-bagus, uang-uang zaman dulu juga bagus, buku-buku kuno di ruang kerja, dll.






Kelompok-kelompok lain yang pernah berkunjung antara lain, para katekumen paroki Tangerang, mereka sekaligus mengunjungi para lansia paroki Kelapa Gading, katekumen paroki Cililitan. Ada juga beberapa orang asing, warga Belanda, yang singgah untuk penelitian atau sekedar mengapreasi koleksi dan artefak-artefak.

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...