Senin, 26 Maret 2018

Tour Bersama AMIDA Paramita Jaya ke Lebak Banten



Museum Santa Maria menjadi bagian dari anggota AMIDA (Asosiasi Museum Indonesia Daerah) DKI, Paramita Jaya yang ikut dalam tour ke Lebak Banten mengunjungi Museum Multatuli Sabtu 3 Maret 2018. 



foto : Aji



Tour ini diikuti lebih dari seratus orang dari berbagai museum dan pencinta sejarah di DKI. Selain lebih saling mengenal para anggota, program ini juga untuk ber mempererat-silaturahmi diantara anggota AMIDA DKI. 


 Titik kumpul keberangkatan di Stasiun Tanah Abang dan berangkat dengan commuterline menuju stasiun Rangkas Bitung jam 08.50. Hampir 2 jam kemudian tibalah rombongan di Stasiun Rangkas Bitung. Serunya, rombongan dijemput oleh kawanan pengemudi becak. Maka terjadilah konvoi becak melintasi jalan jalan di kota Lebak yang menarik perhatian warga. 



Setibanya di pendopo Museum Multatuli, rombongan disambut Kepala Museum, Bapak Ubaidilah. Usai pembukaan, rombongan dibagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama mengunjungi Museum Multatuli terlebih dulu sedangkan kelompok kedua mengunjungi Perpustakaan Saidjah dan Adinda yang letaknya bersebelahan. Selama hampir satu jam berkeliling, pemandu menjelaskan Museum Multatuli  baru diresmikan tahun  2018. 

Sejarah rumahnya, penyebab perang di berbagai daerah di Indonesia melawan pendudukan penjajah, sejarah Asisten Bupati Lebak tahun 1856, Eduard Douwes Dekker yang kemudian menuliskan pengalamannya dalam buku berjudul Max Havelaar.
foto: aji

Ketika berada di perpustakaan Saidjah dan Adinda, rombongan diputarkan film singkat provinsi Banten dan Max Havelaar. Film yang diadaptasi dari Buku Max Havelaar menceritakan tentang perbudakan di Lebak-Banten. Durasi film selama tiga jam tidak memungkinkan untuk seluruhnya ditonton karena masih ada tempat lain yang harus dikunjungi. Terpaksa keinginan menonton ditunda dulu. 
foto : Ahmad Sartono

Foto : Ahmad Sartono

Setelah santap siang dilanjutkan dengan mengunjungi rumah Multatuli alias Max Havelaar semasa ia tinggal di lebak sebagai Asisten Residen. Sayangnya kondisi rumah Multatuli sangat memprihatinkan, kondisi rumah yang tidak terawat lantainya rusak dan berlumpur, atap plafon hancur dan genting bocor. Tidak tampak sama sekali bahwa rumah tersebut sangat bersejarah. 

Usai berfoto sejenak di depan rumah Multatuli, peserta tour kembali ke Stasiun Rangkas dengan becak untuk kembali ke Jakarta. Sayangnya, rombongan tidak sempat pergi ke pusat oleh-oleh seperti yang direncanakan semula, karena rombongan becak sempat ‘nyasar’. 

Biar bagaimana pun, tour ke Museum Multatuli sungguh sangat menarik. Apalagi saat peristiwa Max Havelaar terjadi April 1856, hampir bersamaan dengan kedatangan para Suster Ursulin Pionir pertama sudah memulai karya pendidikan di Indonesia, sehingga mudah mengingatnya.***

foto: Aji


Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...