Kamis, 04 April 2019

Lomba Foto: Mengajak Kaum Milenial Mengenal Sejarah

Kaum milenial yang didominasi pelajar “zaman now” tak lepas dari teknologi dalam kesehariannya. Mereka ikut lomba foto karena ikut ekstra kurikuler di sekolah ataupun karena hobi. Mereka datang dengan berbagai gadget atau pun peralatan kamera digital terbaru. Mereka tidak kalah dengan fotografer senior, mereka siap berlomba. 

Museum Santa Maria merayakannya ulang tahunnya ke delapan dengan kegiatan lomba fotografi. Lomba fotografi ini bertujuan mengajak para milenial mengenal sejarah. Khususnya mengenal peran dan karya para suster pionir dalam pendidikan. Selain itu mereka diajak mengenang dan belajar dari sejarah para remaja perempuan seusia mereka zaman itu (1856) yang merupakan sasaran didik para suster Ursulin. 

Setelah registrasi, para peserta diajak ke hall untuk menonton film pendek sejarah karya para suster. Film berdurasi duabelas menit membuka mata mereka bahwa pendidikan bagi perempuan sudah dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka bahkan karya pendidikan Suster Ursulin masih terus berlangsung bahkan di banyak wilayah di Indonesia sampai sekarang. 

Mereka mengagumi Museum Santa Maria karena baru pertama kali ke museum Santa Maria dan berbagai koleksi artefak peninggalan berharga para Suster yang menjadi bagian dari sejarah awal karya para Suster Ursulin di bidang pendidikan. Situasi para remaja perempuan pada masa itu, yang mengalami degradasi moral karena terpengaruh dan terbawa arus warga kota yang selalu mempertontonkan kemewahan, semakin menarik perhatian mereka.


Dalam bukunya Gereja-gereja Tua di Jakarta, Romo Adolf Heuken, SJ; menceritakan: “macam-macam peraturan dan denda tidak berhasil membatasi nafsu mempertontonkan kemewahan waktu pernikahannya, ulang tahun, waktu ibadat dan pada hari pemakaman. Wanita-wanita Indo tampil seperti puteri-puteri ningrat. (halaman 100) 

Situasi tersebut menyebabkan Pemerintah tidak sanggup mengurusi pendidikan, bahkan gereja pun tidak. “....Gereja tidak sanggup mengurusi lembaga pendidikan dan pemerintahan kurang stabil serta dipusingkan oleh berbagai masalah militer maupun politik....”(Gereja-gereja Tua di Jakarta, Adolf Heuken SJ. Halaman 132) 


Dimasa-masa sulit itulah, para Suster Ursulin hadir atas Undangan Uskup Petrus Maria Vrancken, Pemimpin Gereja Katolik di Batavia. Mereka datang dengan segala keterbatasannya mengemban tugas berat, mendidik remaja perempuan menjadi wanita dewasa yang beretika dan bermoral. 

Bagaimanapun juga wanita menjadi bagian penting dari sebuah bangsa. Bangsa yang besar dimulai dari masyarakat yang baik. Masyarakat yang baik berasal dari keluarga-keluarga yang baik, dan keluarga yang baik karena memiliki ibu yang baik dan ibu yang baik berasal dari wanita yang baik. 

Kekaguman lain adalah koleksi yang baru mereka lihat. Bangunan tua, benda-benda seperti lemari tempat menyimpan koleksi, meja dengan batu marmer dan kursinya, sampai kepada hal-hal kecil dan sederhana seperti sendok makan bergrafir nama pemiliknya. Foto-foto kuno, dan masih banyak lagi. 

Di balik Gedung Biara-Sekolah Santa Maria mempunyai banyak kisah yang menarik bagi mereka. Mereka ingin datang kembali karena ingin mendengar kembali cerita sejarahnya juga karena tidak puas karena pengunjung terlalu banyak. Mereka ingin menikmati museum dan memotret dalam suasana yang lebih tenang. SELAMAT BERLOMBA***

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...