Senin, 11 November 2019

Materi Presentasi Peringatan Hari Museum Internasional 2019

Ringkasan Materi Presentasi pada Acara Peringatan Hari Museum Internasional di Museum Santa Maria, Jakarta 18 Mei 2019

Oleh: Max Meijer, TiMe Amsterdam
Konsultan Ahli Museum Internasional
max@timeamsterdam.com

Setiap tahun, Komisi International untuk Museum menyelenggarakan hari Museum Internasional. Sebuah tema biasanya ditentukan secara khusus berhubungan dengan museum-museum yang ada di seluruh dunia. Tema untuk tahun ini adalah “Museum sebagai hub kebudayaan: Masa depan bagi sebuah tradisi”.

Sembari menjaga misi utama mereka, yaitu pengumpulan, konservasi, komunikasi, penelitian dan eksibisi, museum telah mengubah praktik-praktik mereka untuk menjadi lebih dekat dengan masyarakat yang dilayaninya. Saat ini mereka senantiasa mencari cara-cara yang lebih inovatif dalam upaya menangani isu-isu sosial dan konflik kontemporer. Dengan bertindak secara lokal, museum juga dapat melakukan kegiatan advokasi dan ikut mengatasi masalah global, serta secara proaktif ikut berusaha untuk memenuhi tantangan masyarakat saat ini. Sebagai sebuah lembaga di tengah-tengah masyarakat, museum memiliki kekuatan untuk dapat mengadakan dialog antar budaya, ikut membangun jembatan menuju dunia yang damai dan juga menentukan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Ide terkait sebuah hub (yang secara harfiah berarti bagian tengah sebuah roda) cukup popular digunakan akhir-akhir ini. Selain itu juga sedikit modis digunakan untuk mendefinisikan semua jenis pengaturan dan organisasi yang berjaringan sebagai hub. Istilah ini banyak digunakan di sektor-sektor seperti transportasi dan logistik, maskapai penerbangan, teknologi informasi, dan industri kreatif. Di sana, hub dilihat sebagai tempat fisik dan juga sebuah cara kerja. Penglukisan museum sebagai hub adalah sangat cocok, terlebih sejak kebanyakan museum bahkan di tingkat internasional dibangun dan dikembangkan semakin menjadi sebuah platform untuk berinteraksi dan berkoneksi dengan masyarakat di satu sisi dan dengan orgranisasi-organisasi lain yang terkait di sisi sebaliknya.

Tema ini juga cocok bagi perkembangan museum di Indonesia: sebuah perubahan paradigma dari museum yang utamanya berorientasi pada koleksi, menjadi sebuah Lembaga yang lebih dinamis yang menempatkan pengunjung pada posisi sentral.

Praktik-praktik pelaksanaan sebuah museum telah banyak berubah seperti dari sebuah tempat di mana pengunjung hanya bisa melihat atau menikmati obyek atau benda-benda yang berasal dari masa lampau ke sebuah Lembaga yang lebih dinamis yang dapat menyajikan lebih banyak konteks dan informasi bagi sebuah pengalaman mengunjungi museum. Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan telah berevolusi kearah yang lebih interaktif dan partisipatif. Berkerja sama dan berelasi dengan koleksi serta kisah-kisa dan juga perspektif yang terkait semakin menjadi sebuah tujuan.
Sebuah museum masih merupakan sumber pengetahuan dan informasi yang resmi, namun dapat juga mengambil manfaat dari pengetahuan serta pengalaman dari para pengunjung dan masyarakat sekitarnya. Hal ini tentunya akan semakin menambah keterlibatan serta rasa saling memiliki. Ini tentunya sangat positif bagi sebuah museum dan juga masyarakat di sekitarnya, di mana keduanya semakin memiliki relevansi yang kuat yang dapat berkontribusi terhadap pengembangan dan penguatan yang berdasarkan kepentingan bersama. 



Pertanyaan utama tentunya adalah apakah model museum sebagai hub kebudayaan merupakan konsep yang optimal bagi Indonesia. Berangkat dari perspektif Eropa (dalam hal ini sudut pandang pembicara) hal ini tepat adanya. Ide sebagai hub sangat tepat bagi tradisi kebudayaan dan museologikal serta perkembangannya di Indonesia yang merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya dengan indentitas national dan kedaerahan yang kuat.

Kemungkinan, tantangan dan pembentukan dari pada hub itu sendiri pertama harus direfleksikan oleh museum itu sendiri, kemudian yang kedua dapat di jabarkan dalam organisai museum tersebut di level yang berbeda:
→Misi dan visi
→Tata kelola organisasi
→Jaringan
→Skill karyawan
→Inklusif

Jika ambisi dari pembangunan kembali menuju ke arah museum sebagai hub merupakan ide yang baik, maka museum harus bertanya kepada dirinya sendiri:
→MENGAPA hal tersebut merupakan ide yang baik, APA yang menjadi tujuannya, apakah masih sejalan dengan visi dan misi dari museum?

Apabila jawabannya adalah positif, maka disarankan:
→ Melakukan konsultasi dengan masyarakat yang dilayani
→ Definisikan area pengetahuan dan kepentingan yang umum
→ Temukan mitra yang dapat diandalkan dan berkelanjutan
→ Carikan dana untuk kegiatan pilot / karyawan
→ Jadikan kegiatan pilot untuk menguji apakah yang di harapkan dapat berjalan
→ Evaluasi dan pengembangan


Penerjemah: Piter Edward

Penghormatan Relikui

Museum Ursulin Santa Maria (MUSM) menggelar Pameran dan Penghormatan Relikui memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus. Kegiatan Pameran dan...