Jumat, 25 Maret 2022

Napak Tilas Jejak Ursulin di Surabaya (IV)

Tampak depan Biara Ursulin Pacet & Rumah Retret Bintang Kejora


 
Rumah Retret Pacet.
Biara Ursulin di Pacet menjadi pemberhentian akhir napak tilas jejak para Suster Ursulin di Surabaya. Sekitar dua jam dengan kendaraan roda empat dari surabaya lewat tol. “Kalo naik kendaraan umum bisa tiga jam. belum ganti angkot. Bisa tiga jam baru sampai di Pacet.” Kata driver Ojol di Surabaya. Untunglah, Suster Hilda berbaik hati mengirim sopir menjemput.

 Suasana sepi menyambut saat tiba, maklum sudah lewat jam tujuh malam. Seperti umumnya suasana pedesaan, hening. Pacet sendiri merupakan kota kecamatan di Kabupaten Mojokerto di kaki gunung Welirang. Saat ini Biara Ursul in di Pacet dimanfaatkan sebagai Rumah Retret Bintang Kejora.

 Keesokan paginya setelah sarapan, Suster Tari, Pemimpin Komunitas di Pacet menugaskan Pak Witono, karyawan Biara menemani keliling komplek.

Komplek Bintang Kejora dibagi menjadi empat bagian, Biara, Rumah retret, sekolah dan kebun. Biara untuk tempat tinggal para Suster berada di bagian depan. Dari pintu gerbang tinggal lurus saja. Area sekolah berada di sebelah kiri biara atau jika masuk dari pintu gerbang langsung belok kanan. Rumah Retret beserta fasilitasnya berada di sebelah dalam biara. Bagian terakhir adalah kebun, kebun ini mengelilingi Biara, Sekolah dan Rumah Retret.

 Pak Witono menjelaskan setiap detail fasilitas rumah retret dan kebun. Rumah retret terdiri beberapa unit gedung dengan kamar-kamar dan fasilitas pendukung. Tiap unit diberi nama antara lain Desenzano, Brescia dan Merici. Jumlah keseluruhan ada tujuh puluh lima kamar. Setiap kamar mampu menampung maksimal empat orang.

“Rumah ini dibangun sekitar tahun 1920an” terang Pak Witono saat memasuki serambi unit Desenzano. Saat sebelum pandemi, Rumah retret mampu menampung tiga ratus peserta atau beberapa kelompok retret. Peserta retret selain para suster biasanya dari komunitas sekolah Ursulin. Komunitas lain yang sering menggunakan adalah kelompok kategorial seperti ME (Marriage Encounter, komunitas pasangan suami istri katolik) Orang Muda Katolik (OMK) dan Misdinar (petugas pelayan imam saat misa)

Di area dapur, fasilitas memasak termasuk modern dan lengkap karena tidak hanya melayani logistik para peserta retret tetapi juga menjadi area produksi oleh-oleh khas biara.

Salah satu produksi oleh-oleh yang terkenal adalah Pie isi Murbei. Ada juga Pie dengan varian isi jamur dan daging ayam. Selain Pie ada berbagai jenis olahan lain seperti Selai, Keripik, berbagai jenis Roti, madu dan masih banyak lagi. Hampir seluruh bahan pokok produksi oleh-oleh berasal dari kebun sendiri.


 Dari dapur beralih ke kebun. Di kebun biara ditanam berbagai jenis sayuran, dan buah buahan. Buah-buahan yang ditanam diantaranya jeruk, pepaya, murbei, durian. Selain buah dan sayuran Suster juga beternak ayam dan ikan.

 Satu jam saja tidak cukup untuk menikmati seluruh area komplek Biara Ursulin di Pacet.  Pemandangan alam disekitarnya memanjakan mata serta hawanya sejuk.

Pantaslah para Suster memilih tempat ini menjadi rumah peristirahatan dan retret. Tempat yang pas untuk memulihkan kondisi jasmani dan rohani untuk melanjutkan tugas dan karya melayani sesama demi kemuliaan Allah
. (bersambung)



foto kiri: karyawan biara bagian dapur sedang memproduksi olahan khas Biara Pacet. 
Foto kanan atas & bawah: Serambi di depan kamar-kamar ruang retret.
foto insert: Bapak Witono yang mengantar keliling komplek


Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...