Rombongan pria bersepeda perlahan memasuki halaman Museum Santa Maria pada Sabtu pagi 22 Oktober 2022. Mereka adalah rombongan para frater Fransiskan dari komunitas Kampung Ambon. Kunjungan mereka itu atas anjuran Romo Eddy Kristiyanto OFM. Romo Edi adalah dosen dan pamong mereka. Sayang pada hari itu Romo Eddy tidak bisa ikut beserta mereka karena tugas lain.
Suster Marie Louise OSU menyambut, menyapa dan memperkenalkan para staff pengelola museum. Namun karena gedung museum sedang dalam proses revitalisasi maka sebagian besar benda koleksi museum sudah disimpan dan dirapikan. Selain mungunjungi museum mereka mengunjungi Kapel Santa Maria, kapel yang sangat bersejarah dalam kehidupan para suster Ursulin. Di Kapel Santa Maria, Suster Marie Louise menceritakan sejarah Kapel dan perkembangannya sejak mulai berdirinya tahun 1875 sampai sekarang. Dijelaskan juga kepada mereka gambar- gambar Kaca Pateri baik yang ada pada tembok Altar, samping kanan dan kiri serta pada tembok belakang di atas balkon koor. Pada awal tahun 2021 kapel mulai direnovasi karena Kapel seringkali kebanjiran dan keadaan tembok berikut relief jalan salib rusak. Selain tembok, AC dan sound system diganti. Sekarang mesin AC tidak kelihatan, udara dingin dan bersih dimasukkan lewat lobang-lobang di plafon atas. Sound system ditempatkan di tempat yang agak tersembunyi. Bulan Desember tahun 2021 renovasi baru selesai dan diberkati ulang. Sekarang Kapel kelihatan terang dan indah. Rombongan memperhatikan penjelasan Suster. Tak lupa mereka menikmati cantiknya interior kapel yang baru pertama kali mereka kunjungi. | Selama kurang lebih tiga jam, selain di Kapel di Hall museum, para frater disuguhi cerita karya para suster Ursulin: Asrama, sekolah Santa Maria, museum dan sejarah gedungnya. Juga tentang arti, definisi dan tujuan museum pada umumnya, khususnya museum Ursulin Santa Maria. “Saya merasa sangat senang bisa berkunjung ke Museun St. Maria. Seluruh pelayanannya sangat luar biasa, menambah pengetahuan saya akan gereja Indonesia, dan terlebih khusus tentang karya saudari-saudari Ursulin dalam memajukan bangsa Indonesia”, tutur Frater Gregorius OFM. Frater Andre Labur OFM memiliki kesan sendiri: “Menurut saya, Museum Santa Maria memiliki catatan sejarah yang lengkap dan komprehensif serta sistem pengelolaan museum yang sangat baik. Bagi saya, museum ini sangat cocok bagi mereka yang memiliki minat dalam mempelajari sejarah dan tentunya semakin mengenal karya-karya Suster Ursulin yang luar biasa semenjak menginjakan kaki di Bumi Pertiwi.” Sementara Frater Tian Gunardo OFM berharap agar museum ini dapat dipromosikan ke khayalak yang lebih luas lagi, sehingga dapat dikunjungi oleh lebih banyak kalangan lagi, agar siapa saja dapat memperoleh informasi yang bernas dari sini. Keberadaan museum "Katolik" ini mutlak penting, mengingat darinya kalangan luas dapat menemukan jejak rekam yang positif dari kiprah Gereja Katolik di masa lampau terhadap kemajuan pendidikan bangsa ini dalam cakupan inter-latar belakang budaya, agama, suku, dan ras. Sebelum rombongan pamit meninggalkan museum untuk melanjutkan perjalanan, Bruder Triyono OFM mengucapkan terima kasih atas keramahtamahan dan pelayanan Suster beserta seluruh staff museum. *** |