Jumat, 10 November 2017

Ursulin atau Santa Maria

Komunitas La-mur (Lanjut Umur) “Agustina” dan Legio Maria presidium “Bunda Kristus” Paroki Maria Bunda Karmel, Tomang, Kamis 19 Oktober 2017 mengunjungi Museum Santa Maria. 

Tepat jam 10.00, dua puluh satu pengunjung yang sebagian besar usia lansia, sudah datang di Café/ unit produksi SMK Santa Maria berbarengan dengan jam istirahat murid SMK. Sedianya mereka ingin menikmati snack dan minum sejenak di cafe, namun situasi cukup hiruk pikuk, sehingga diputuskan oleh pimpinan rombongan Oma Agnes (78), untuk langsung menuju ke Museum. Letak Museum memang ada di dalam biara, dan di dekat Unit produksi SMK- di pinggir Jl Juanda 29. 


“Ini Santa Maria atau Ursulin?” Belum terjawab, ia masih lanjutkan: “Katanya tadi ini Santa Maria, kami maunya ke Ursulin.” Begitu seorang ibu complain. Saat dijelaskan bahwa para suster anggota Ordo Santa Ursula disebut Ursulin dan Santa Maria adalah nama Komunitas para suster Ursulin di jalan Juanda Raya ini, ibu tersebut lalu manggut manggut “oooo….”


Para lansia ternyata antusias dan bersemangat. Mereka bertanya dan menanggapi  setiap komentar dari pemandu di tiap tiap ruang. Di ruang Misi mereka senang melihat Rosario Misi dan mata uang-mata uang asing, mereka juga teringat masa lalu saat melihat foto kumpulan remaja putri yang sedang beraktifitas. 


Para Oma sedang memperhatikan mata uang koleksi museum di ruang MISI


Oma-oma serius menatap foto masa lalu

  “Aku pernah diajar sama suster bule,” kata Oma Endang. “Dulu masih banyak suster bule,” lanjutnya. “Aku di Solo juga, tahun lima puluhan kalo ndak salah diajar sama suster bule, “ timpal Oma Agnes 

Di ruang Galeri, Oma Lianda merasa koleksi di Santa Maria lebih indah di banding di “Forbidden City” karena disana hanya keramik, sedangkan disini lebih mengkilap dan ada ukirannya. Oma yang lain menimpali “Aah bagusan disanalah. Disana kan keramik semua, jadi asli. “(Red: Forbidden City salah satu kota yang ada di China) 


“Eeh disini juga ada keramiknya loh. Itu tuh…” Seraya menunjuk pispot dari keramik berukir. 


“Vas ini terbuat dari emas ya?” 


"bukan ibu, ini campuran tembaga dan kuningan."

 “Ooo… kirain dari emas. Habis mengkilap... dibersihkan pake apa biar mengkilap?” 


Pertanyaan ibu Lianda dijelaskan pemandu bahwa semua vas tersebut dicuci dengan air sabun saja. Karena jika dibersihkan dengan bahan khusus betul tampak mengkilap tetapi jadi hilang keaslian rasa bahwa benda ini betul betul sudah lama. Nanti dikira beli baru. 


Puas dari Ruang Gallery, lanjut ke Ruang Relikui. Disini, para oma diingatkan bahwa relikui orang kudus sama juga dengan nama babtis bagi orang katolik. Orang kudus yang menjadi nama baptis diharapkan mendoakan serta mendukung doa permohonan kita kepada Tuhan. Juga agar kita meneladan orang kudus tersebut agar kita juga bisa menjadi kudus. 


Selesai dari Relikui, rombongan melanjutkan ziarah ke kapel dan mereka menyempatkan diri untuk sejenak berfoto di depan Gua Maria. Pukul sebelas, rombongan pamit meninggalkan Kompleks Santa Maria.***

Edukator, Mengkomunikasikan Koleksi dan Program Edukasi

  ki-ka: Ibu Jumiati ,Bpk. Gumilar Ekalaya, Bpk. Yiyok T. Herlambang, Bpk. Mursidi, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif PemProv DKI Jakarta...