Senin, 07 Mei 2018

Museum Santa Maria Di Pameran Museum Se-Indonesia.

Museum Santa Maria mendukung dan terlibat Pameran Museum Se-Nusantara dalam rangka ulang tahun TMII ke 43. 




Pameran yang diselenggarakan di gedung Sasana Kriya TMII dari tanggal 19 – 22 April 2018 mengambil tema Perempuan Indonesia - Sejarah, Peran dan Karya diikuti 40 peserta pameran dari berbagai Museum dan daerah kabupaten di Indonesia. 

Selain terlibat dalam pameran, Museum Santa Maria juga menampilkan performance di panggung terbuka bekerjasama dengan SMK dalam Opera 1856 yang mengisahkan perjalanan para pionir Ursulin dari Sittard di Belanda ke Batavia serta karyanya berupa Sekolah dan asrama yang masih bertahan hingga saat ini. Seluruh pemain opera adalah siswa siswi SMK jurusan Tata Boga. 

Pameran ini merupakan pameran pertama yang diikuti Museum Santa Maria sejak berdiri tahun 2011 yang lalu. Apalagi melihat tema terkait perempuan yang sesuai dengan karya para Suster Ursulin dalam mendidik kaum perempuan.



Dan ternyata banyak pengunjung yang belum tmengetahui siapa itu Museum Santa Maria dan para suster Ursulin serta karyanya dalam mendidik perempuan. Banyak yang berasumsi bahwa Sekolah Santa Maria yang dikelola para Suster Ursulin adalah sekolah katolik dan siswanya diwajibkan menjadi katolik. Padahal pada awal berkarya membuka asrama dan sekolah warga katolik sangat sedikit dan mayoritas justru non katolik yang menghuni asrama maupun siswi sekolah. Jumlah siswi katolik pada sekitar tahun 1856 sangat sedikit. 

Adapula pengunjung saat melihat keterangan pada foto Martha Tilaar tertulis alumni SGA mereka menganggap SGA yang didirikan para suster adalah singkatan dari Sekolah Guru Agama padahal yang benar adalah Sekolah Guru Atas cikal bakal Sekolah Pendidikan Guru. 

Pengunjung lain ada juga yang berasumsi bahwa seragam siswi sekolah Santa Maria sama persis dengan baju yang dikenakan manekin suster. Setelah dijelaskan dengan bukti film pendek yang tengah diputar dimana dalam film tersebut dua orang siswa dan siswi berseragam Sekoah Santa Maria menjadi host dalam film pendek yang tengah diputar, pengunjung pun mengangguk-angguk paham. 

Sementara dugaan pengunjung bahwa prioritas siswi pasti adalah orang belanda tentu saja benar. Meski benar namun tidak seluruhnya tepat karena tiga tahun sesudahnya tepatnya di tahun 1859 para Suster Ursulin membuka panti asuhan bagi perempuan pribumi di tempat yang sekarang bernama Sekolah Santa Ursula di seberang Pasar Baru. Artinya bahwa para suster Ursulin tidak melupakan pendidikan perempuan pribumi pada masa itu. ***

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...