Senin, 03 September 2018

INGATAN AKAN SANTA MARIA

….karena tidak semua yang pernah sekolah di sana mengetahui sejarah berdirinya sekolah,” 

Senin, 27 Agustus 2018 sekitar jam 11 siang, dua pria berkemeja rapi datang ke Museum bersama Suster Lucia. Mereka, Hendra dan Andi adalah keponakan Suster Maria pemimpin Komunitas St Maria. Sebagai alumni SMP Santa Maria mereka ingin bernostalgia, karena kebetulan Hendra sedang berlibur ke Indonesia. Setelah sekian lama meninggalkan kampus, mereka ingin melihat kemajuan dan perubahan di kampus Santa Maria. Sambil menunggu Tantenya Sr Maria datang, mereka sudah tidak sabar untuk berkeliling melihat gedung-gedung baru, dan mereka menanyakan keberadaan Museum. 

Setelah lulus dari SMP Santa Maria, adik dan kakak Hendra dan Andi melanjutkan ke SMA St Theresia. Ketika lulus Andi memilih melanjutkan ke IPB dan Hendra ke ITB, kebetulan tanpa tes. Hendra yang mendapat bea siswa karena nilainya bagus, mendapat kesempatan untuk melanjutkan S2 ke Jerman. Setelah lulus ia pun bekerja di sana. Maka ketika ia mengambil cuti untuk kembali ke Indonesia, ia ingin mengenang kembali, Santa Maria. Juga peristiwa MEI 1998 yang “tak terlupakan.”


Persis 20 tahun yang lalu, peristiwa “kerusuhan Mei 1998” masih membekas di hati masyarakat Indonesia, termasuk Hendra dan Andi. Banyak anak yang terpaksa menginap di sekolah karena situasi menegangkan saat itu. “Di jalanan banyak terjadi bakar-bakar ban mobil, “ begitu mamanya menjelaskan. Ibu Elly Sumarsih, Kepala SMP mereka waktu itu, membenarkan bahwa banyak siswa yang terpaksa menginap di sekolah karena tidak dijemput dan tidak dapat pulang ke rumah. Ibu Elly dan para guru kemudian membuka “dapur umum” untuk menyediakan makan bagi mereka. “Untung saat itu banyak sumbangan mie, sisa dari bak-sos,” jelas Ibu Elly. Peristiwa itu sungguh membekas dan memberi kenangan tersendiri bagi siswa/si SMP betapa kacaunya situasi saat itu, namun sekaligus menjadi suatu ikatan emosional bagi yang mengalaminya. 

Kini Hendra dan Andi datang dalam situasi yang lain. Ia baru mengetahui ada museum di Santa Maria, di tempat ia sekolah dulu, saat ini. Syukurlah, keinginannya untuk mengunjungi museum mendorong mereka untuk memasuki, setiap ruang dan dengan sabar mendengarkan penjelasannya. Mereka berdua serius memperhatikan, dan mengikuti kemanapun Suster melangkah di setiap ruang di museum. Selama satu jam lebih berkeliling ada begitu banyak hal menarik yang baru diketahuinya.

Ia menulis: “Museumnya menarik, karena tidak semua yang pernah sekolah disana (Contohnya saya sendiri) mengetahui sejarah berdirinya sekolah. Koleksinya lumayan banyak dan bervariasi.”. kalau ada kesempatan lain mereka berniat akan datang lagi.***


Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...