Kamis, 13 September 2018

Suster Daria Klich (ahli sejarah) Dari Polandia

“Ah-haaaa…..” seruan singkat itu berulang kali muncul dari bibir Suster Daria saat tertarik dengan suatu hal. Tidak banyak kalimat yang keluar untuk mengekspresikan kekaguman saat mendengar berbagai cerita dan penjelasan. Sr Daria pernah mengatakan bahwa ia adalah seorang pemalu. Bisa dilihat, bagaimana pipinya yang putih sering semburat merah, ketika pembicaraan menyangkut dirinya. Namun ia serius dan betul betul memperhatikan apa yang disampaikan.

Sr. Daria dari Polandia datang ke Indonesia dalam rangka diundang Ursulin Provinsi Indonesia untuk mengenal Indonesia dan men”sharing” kan pengalamannya selama 10 tahun bekerja di bagian Arsip di Generalat Roma. Setelah kembali ke negeranya Sr Daria menangani Museum dan menjadi anggota Komisi Sejarah di Polandia. Itu pula yang dia usulkan, kalau mungkin diadakan Komisi khusus untuk mempelajari Sejarah. “In Poland, we (Commission of History) often have a meeting,” ungkapnya untuk menjelaskan seberapa jauh dan penting Komisi itu.

Selama 2 minggu (5-18 Agustus 2018) ia berada di Indonesia bersama dengan 3 suster Ursulin dan 3 guru semuanya dari Polandia. Ke enam rekannya diundang untuk mengikuti acara IUYC Asia Pacific (International Ursuline Youth Camp) 10-13 Agustus yang diselenggarakan di lahan perkemahan Gunung Geulis, Sentul, Bogor. Acara Sr Daria agak berbeda, karena tugasnya di Polandia juga berbeda.
Sr. Daria mengagumi bunga matahari di TMII

Sebagai seorang ahli sejarah, Sr Daria yang baru saja menyelesaikan studi PhD-nya. Ia juga ingin membagikan pengalamannya sekaligus belajar hal-hal baru di Indonesia. Beberapa hari tinggal di Biara Santa Maria Juanda dan beberapa hari bekerja bersama dengan Sr Marie Louise, Sekretaris Provinsial di Bandung.

Di sela-sela pertemuan Sr Daria juga diajak berkeliling Jakarta dan Bandung untuk melihat-lihat. Selama di Jakarta Suster Daria sempat mengunjungi Monas, Museum Nasional Indonesia, Kota Lama, TMII dan tentu saja ke Museum Santa Maria. Ia rajin mendokumentasikan dalam bentuk foto dan video dan meng-up-loadnya di Youtube, misalnya saja lagu “insieme”. Karya para Suster Ursulin Internasional bisa dilihat pula di situs:  https://www.ursulines-ur.org/

“I’m pleased” Suster Daria tersenyum simpul saat diperlihatkan video buatannya, kami putar di ruang Au-Vi untuk menjamu pengunjung. Di ruang Auvi itu, Suster Daria berhenti sejenak kemudian duduk dan menikmati suguhan film pendek Museum Santa Maria. Usai menonton film singkat berdurasi 8 menit itu, terdengar “good..good..” komentarnya. Lalu Suster Daria diajak melihat lagi koleksi museum yang lain. Di Ruang Kerja banyak sekali foto-foto para suster misionaris yang saat ini sudah kembali ke negeri asalnya. Seruan “Ahaaa…” ciri khas Suster Daria kembali terdengar berulang ulang...

Satu jam lebih Suster Daria keliling museum. Sebelum mengakhir kunjungan Suster Daria mengungkapkan kesannya berkunjung ke Museum Santa Maria dalam tulisan di buku tamu “Thank you Sr. Lucia for this wonderful visit in the museum. Good work.” You’re welcome Suster Daria, see you next time. Thank you for your visit and your suggestions which you have given to Museum Santa Maria also. .***
Suster Daria bersama para Suster Ursulin  dan pemandu Museum Nasional
Suster Daria dan para Suster Ursulin di anjungan Provinsi  Sumatera Barat TMII

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...