Kamis, 11 Juli 2019

Gerak Tangan Isyarat Komunitas Patuka




Paguyuban Tuli Katolik Katedral (Patuka) mengunjungi Museum Santa Maria Minggu, 12/5/2019. Kunjungan ke museum ini sebagai salah satu kegiatan rutin setiap minggu yang dilakukan paguyuban usai Misa (berdoa) bersama di Katedral.

Saat dihubungi Pak Daniel, Koordinator Patuka, pemandu menyatakan kebingungannya bagaimana memandu para tamu tersebut. Pak Daniel pun menenangkan dengan mengatakan ada interpreter yang ikut mendampingi. Kemudian Pak Daniel menyampaikan jumlah peserta yang ikut paling banyak 40 orang. Tetapi saat berkunjung ternyata 47 anggota paguyuban hadir ditambah empat interpreter.

Pihak museum segera menyiapkan ruangan untuk menyambut dan film yang biasa diputar termasuk sound system. Tengah hari mereka tiba bergelombang. Yang sudah datang dipersilahkan menunggu dan duduk lesehan di hall museum,sambil ditemani iringan musik instrument dari laptop. Musik yang diputar ternyata tidak bermanfaat karena yang mendengar hanya lima orang, 4 penerjemah dan Pak Aji, pemandu museum. Di ruangan itu meski penuh orang namun suasana tidak berisik. Mereka tampak sibuk dengan lawan bicaranya dengan Bahasa isyarat menggunakan gerak tangan dan jari mereka. Kadang-kadang terdenga suara yang tidak jelas di telinga Pak Aji. 
Pak Aji tersenyum karena merasa terasing di rumah sendiri. Hanya ia sendiri yang tidak bisa berbahasa isyarat. 




Pak Aji mulai menyadari bagaimana rasanya terasing. Pengalaman ini menjadi refleksi diri agar semakin peduli pada sesama yang membutuhkan perhatian khusus dan disabilitas. Museum sepertinya harus berbenah karena mereka yang berkebutuhan khusus juga ingin merasakan dan menikmati kunjungan ke museum.

Saat perkenalan, Pak Aji dibantu Pak Daniel, interpreter, memperkenalkan diri. Pak Aji mengeja huruf-huruf namanya menggunakan gerakan jari dan tangan. Salah seorang peserta menanggapi dengan tambahan gerak tangan sambil tertawa, setelah dijelaskan Pak Daniel ternyata peserta itu menambahkan huruf H di depan nama Aji menjadi HAJI.

Karena peserta cukup banyak sementara pemandu yang bertugas hanya satu orang maka, rombongan dibagi dua kelompok. Kelompok satu akan berkeliling terlebih dahulu, sementara kelompok dua menunggu sambil menonton film pendek museum.

Kelompok satu ditemani Mba Oty sebagai penerjemah dan Pak Daniel mendampingi kelompok dua. Selama tour museum, seluruh peserta fokus menatap  Mba Otty dan Pak Daniel, maklum karena hanya mereka berdua yang mampu menjelaskan dengan Bahasa isyarat semua penjelasan Pak Aji tentang museum. Selama tour mereka tertib dan mengikuti arahan pemandu tidak terdengar suara berisik meskipun peserta cukup banyak.

Jam 15.30 mereka pamit. Meski tidak mampu mendengar dan berbicara dengan baik, mereka mampu membaca tulisan dengan baik. Beberapa peserta saat pulang menuliskan kesan mereka selama berkunjung ke Museum Santa Maria. “Museum Menarik” Tulis Juniati. Wilma Redjeki menulis “Banyak menakjubkan di museum ini” Sementara beberapa yang lain menulis kesan dan pesan yang sama “Museum menarik”.***





Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...