Senin, 16 September 2019

Bedanya Seragam Suster & Seragam Silat



Kehadiran Museum Santa Maria di pameran museum di DPR-RI dalam rangka HUT nya yang ke 28 cukup menarik perhatian. Pak Bawor, salah satu tetangga sebelah. Penanggung jawab museum Pencak Silat itu bertanya apa perbedaan Suster baju putih dan Suster baju abu-abu. 

Pertanyaan itu terungkap pada Senin 19/8/2019 di area pameran museum di gedung Nusantara lantai 1 DPR-RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Pameran Museum selama tiga hari, yaitu Senin sampai Rabu 19-21 Agustus 2019 diikuti 18 Museum dan 2 Komunitas Budaya. 

Setelah 28 tahun keberadaannya Museum DPR-RI mengadakan open house “membuka diri” untuk kehadiran museum-museum lain yang mau diajak berpartisipasi. Tema yang diangkat sesuai dengan zamannya yaitu "Museum Untuk Kemajuan Informasi Dan Peradaban Bangsa” 

Museum Santa Maria ikut berpartisipasi memeriahkan acara HUT itu. Selain agar semakin dikenal masyarakat luas, juga agar sesama museum juga bisa saling berbagi dan belajar. 

Museum Santa Maria bertetangga dengan Museum Pencak Silat dengan koordinator Bapak Bawor. Sehari sebelumnya, saat mempersiapkan stand pameran, ia melihat Suster Lusi, penanggung jawab Museum Santa Maria berpakaian biru- putih. Senin keesokan harinya Pak Bawor pangling melihat Suster Lucia berpakaian warna abu-abu. Ia menyangka yang datang Suster pimpinan. Iapun mendekati penulis yang ikut bertugas dan bertanya apa bedanya Suster warna putih dengan warna abu-abu.

"Mas, apa bedanya suster putih & suster abu-abu?"
Mendapat pertanyaan itu, Penulis yang sekaligus pemanduMuseum Santa Maria menjawab bahwa tidak ada bedanya.

"Ga ada bedanya pak. Kenapa pak?"

Rupanya Pak Bawor menyangka bahwa Suster dengan baju warna abu-abu adalah pimpinan dan yang putih anggota biasa. 

"Ooh saya kira baju putih yang jabatannya rendah terus yang baju abu-abu pimpinan."

Penulis  kemudian menjelaskan bahwa baju para suster semua sama.

 "Ooh bukan pak, semua suster bajunya sama, baik anggota maupun. Yang yang membedakan hanya hari waktu memakainya. Berbeda dengan dunia Pencak Silat, baju atau sabuk pemain dapat memperlihatkan tingkat kemahiran ilmunya. Semakin gelap sabuk ban-nya semakin tinggi ilmu dan kemahiran bermain silatnya.

"Ooo orangnya sama, saya kira beda." 

Usai mendapat penjelasan, Pak Bawor mengucapkan terima kasih dan berjanji besok mau foto bareng Suster Lusi di booth Santa Maria.

Hari kedua Pameran, Pak Bawor menyapa Suster Lusi saat sedang menulis di meja dekat stand. Kemudian terjadilah perbincangan antara Suster Lusi dan Pak Bawor. Omong punya omong tentang “dunia persilatan” akhirnya sampai pada bagaimana memanfaatkan kemahiran silat dengan ‘bijaksana’.

Pak Bawor yang setengah baya dan sudah mengantongi sabuk hitam itu bercerita, sejak ia belajar ilmu pencak silat ia lebih sering menghindari perkelahian. Lebih baik menghindar kalau masih mungkin. Namun tidak menutup kemungkinan bila keadaan mendesak dan harus membela diri semampunya. 

Lalu Pak Bawor memberikan tips-tips yang bisa berguna untuk membela diri dalam keadaan terdesak khususnya untuk para perempuan terhadap serangan orang jahat. Pak bawor berusaha memperlihatkan cara-cara dan metode dengan cukup serius. Mana titik-titik lemah seseorang dan bagaimana harus melumpuhkannya. 

Pak Bawor kemudian menjelaskan cara membela diri bila terdesak. Letak kelemahan setiap manusia hanya berjarak lima jari. Di bagian kepala dimulai dari titik hidung kemudian jarak lima jari ke bawah yaitu leher, lima jari kebawah lagi ulu hati atau di perut bagian atas, lima jari kebawah kemudian adalah pusar dan terakhir adalah alat reproduksi.

Sedangkan dari samping jika dimulai dari titik hidung, ke samping lima jari yaitu telinga kanan maupun kiri menjadi kelemahan. 

“Di titik tersebut anda dapat memukulnya bila dalam keadaan terdesak.” Terang Pak Bawor. 

Telinga kanan dan kiri bila dipukul dengan keras secara bersamaan menggunakan telapak tangan yang membentuk cekungan dapat menyebabkan rusaknya gendang telinga. Lanjut Pak Bawor.

Dari bincang-bincang itulah Pak Bawor dan Suster Lusi semakin mengenal. Sesuai dengan museum Pencak Silat yang dikelolanya, Pak Bawor memberikan pengetahuan yang dimilikinya dalam membela diri untuk bersahabat. Perbincangan diakhiri dengan foto bersama di booth Museum Santa Maria.***

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...