Ketika Biara dan Sekolah Santa Maria didirikan pertama kali pada tahun 1856, para Suster Ursulin juga diminta mendirikan Asrama atau dalam bahasa Belanda “Internaat”. Asrama ini dimaksudkan untuk menunjang adanya persekolahan dan kebutuhan tempat tinggal anak-anak yang orang tuanya kebanyakan tinggal di ‘luar kota’ karena bekerja di onderneming (=perkebunan). Begitu sampai di rumah Noordwijk nomor 29, rupanya para suster sudah tidak sabar lagi, karena ingin segera memulai tugas pelayanannya. Mereka ingin segera membuka sekolah. Namun hal itu tidak disetujui oleh Mgr. Vrancken karena persiapan untuk membuka sekolah itu tidak mudah. Banyak sekali persiapan yang harus dilakukan, terutama membiasakan diri dengan iklim tropis dan memahami adat-istiadat budaya masyarakat Batavia. Selain itu para suster harus menyiapkan segala persyaratan pendirian sekolah, antara lain: tempat / gedung sekolah beserta ruanganruangannya, ijazah dari para calon pengajarnya, serta perizinan dari pemerintah yaitu Komisi Pengajaran Umum, dll. Pada pertengahan bulan Februari Mgr. Vrancken sendiri datang dan seluruh kompleks serta kebun yang luas itu, diberkati oleh Monseigneur. | Sebagai pimpinan, Suster Ursula Meertens segera mempersiapkan segala persyaratan pendirian sekolah kepada Komisi Pengajaran Umum, yaitu: Mengajukan permohonan tertulis / izin pendirian sekolah dan mengirimkan ijazah dari para pengajarnya sebagai bukti kelayakan mengajar. Segala proses pengurusan itu dibantu oleh Mgr. Vrancken, sehingga semuanya dapat berjalan lancar. Pada tanggal 17 April 1856 semua surat permintaan izin mengajar diserahkan kepada pemerintah, kemudian pada tanggal 10 Juli, dokumen dengan persetujuan Komisi Pengajaran Umum telah diterima kembali. Ketika segala persiapan telah dirasa cukup, maka pada tanggal 1 Agustus 1856 Suster pimpinan Komunitas Ursula Meertens, resmi membuka pendaftaran murid baru. Satu per satu murid yang berminat masuk sekolah diterima dan dilayani para suster dengan penuh kesabaran. Bulan demi bulan murid yang datang kian banyak. Dibalik kegembiraan mengalirnya banyak murid, para suster masih harus memikirkan hal-hal lain yang tidak kalah penting dalam penyelenggaraan persekolahan. Walaupun tujuan dibukanya persekolahan ini adalah membantu pemerintah sepenuhnya supaya anak-anak mendapatkan kesempatan belajar, namun segala persyaratan administratif tetap harus dipenuhi.***(Sumber: buku Ursulin Pendidik Perempuan Pertama Di Indonesia. hal.53) |
Senin, 27 April 2020
PIONIR PENDIDIKAN PEREMPUAN PERTAMA
Penghormatan Relikui
Museum Ursulin Santa Maria (MUSM) menggelar Pameran dan Penghormatan Relikui memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus. Kegiatan Pameran dan...
-
Hari Museum Indonesia tahun 2019 dirayakan dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah Grebeg Museum (=ramai-ramai mengunjungi museum...
-
Tanah makam para suster awalnya ada di Bidaracina. Semula tanah itu adalah pemberian Bapak Heugen, kepada Uskup Vrancken dengan mak...
-
Setiap kita ke museum apakah kita baca semua teksnya? Seperti apakah teks yang sesuai dan enak dibaca? Ibu Ajeng Ayu Arainikasi...