Selasa, 06 Juni 2023

Digital Art, Kolaborasi Seni Budaya Untuk Kemajuan Ekonomi

 


Panitia temu para pengelola Museum Galeri dan Monumen atau Mugalemon edisi Mei 2023 mengundang art producers and directors dari Art Tokyo Association, Jepang, Naohiko Kishi sebagai narasumber. Naohiko Kishi diundang untuk berbagi pengalaman sebagai promotor dalam Art Fair Tokyo dengan tema: Pemanfaatan Museum dan Galeri Sebagai Ruang Berekspresi.

Temu Mugalemon diselenggarakan dalam semangat peringatan 65 Tahun Hubungan Indonesia-Jepang di Museum Bahari jalan Pasar Ikan no. 1 Jakarta Utara. Turut hadir dalam temu Mugalemon, Yang Mulia Duta Besar Pemerintah Jepang Kanasugi Kenji, Ketua Assosiasi Museum Daerah Jakarta AMIDA Paramita Jaya, Bapak Yiyok T. Herlambang.

 Yang Mulia Duta Besar Pemerintah Jepang Kanasugi Kenji dalam sambutannya mengakui keanekaragaman budaya dan sejarah Indonesia sangat membantunya dalam mempelajari Indonesia. Pak Yiyok T. Herlambang yang memberi sambutan berikutnya mengucapkan terima kasih atas kerjasama AMIDA Paramita Jaya dengan Art Tokyo Association, MISSAO dan Museum Kebaharian Jakarta. Pak Yiyok dalam sambutannya menyinggung PP no.66 tahun 2015 bahwa museum selain dikembangkan juga ada unsur kajian sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat.

 Mengawali paparan, Naohiko Kishi mengucapkan terima kasih atas hubungan diplomatic yang telah terjalin selama 65 tahun antara Indonesia dengan Jepang. Alasan itulah yang membuatnya hadir di Museum Bahari.

Seni budaya mendukung ekonomi

 Selanjutnya, Naohiko menyampaikan apa yang ia pikirkan tentang bagaimana caranya untuk memelihara dan mempererat hubungan antara kedua negara. Salah satu jawabannya adalah seni. Seni menjadi bahasa universal, bahasa pemersatu.

Di Jepang, Naohiko Kishi adalah seorang produser. Ia menggabungkan antara ekonomi, industri dan budaya. Ketika ia ditanya oleh masyarakat apa pekerjaannya ia akan menjawab ia membuat film.

 Keinginannya adalah selalu mendorong kegiatan seni dan ekonomi berkolaborasi menjadi sebuah industri. Menurutnya, seni budaya dan juga ekonomi itu saling mendukung dan berkesinambungan. Seni budaya mendukung ekonomi begitu juga sebaliknya.

 Ketika sebuah negara mampu mengelola seni, budaya dan ekonomi dengan baik, negara tersebut akan menjadi kuat di masa depan.

Naohiko Kishi mendirikan Akasaka Blitz, sebuah promotor konser musik. Salah satu bentuk budaya di bidang musik yaitu entertainment. Jadi bagaimana entertainment mampu mengumpulkan banyak orang dan menggerakkan ekonomi? Itu yang ia pikirkan 30 tahun lalu.

Naohiko Kishi kemudian menampilkan beberapa gambar yang menceritakan suatu area di Tokyo, Jepang yang mampu menampung sampai 20.000 orang untuk menonton pertunjukan. Setelah dibuat tempat itu (Venue) akhirnya banyak seniman-seniman atau artis-artis baru yang datang dan ingin tampil di te mpat itu termasuk penyanyi dari luar negeri.

Di dalam kawasan seluas 30.000 meter persegi itu tersedia ruang teater, galeri, tempat makan dan juga tempat yang luas dan serbaguna serta tempat untuk acara pernikahan. Semua dibuat dalam satu area.

Dengan dibangunnya kembali area itu, perubahan yang tampak kemudian adalah jumlah pengunjung. Sebelumnya hanya mampu menampung sekitar 20.000 pengunjung yang datang setiap harinya kemudian meningkat menjadi 90.000 orang yang beraktivitas di sana.

Dengan banyaknya pergerakan di area tersebut, akhirnya restoran cafe dan juga perusahaan termasuk perusahaan baru ikut berkembang.

Dalam paparan selanjutnya Naohiko Kishi menunjukkan grafik pasar dunia dibidang seni yang didominasi Barat, Eropa & Amerika. Pasar Eropa dan Amerika mendominasi penjualan seni secara global sedangkan pasar Asia tidak terlalu mencolok, sangat tidak seimbang antara Barat dan Timur. Jepang adalah salah satu pasar seni di Asia yang mengimbangi Barat dengan GDP ketiga di dunia.
Kishi percaya untuk Asia juga termasuk Indonesia akan berkembang. Ia setuju dengan informasi yang ia terima bahwa sekitar 15 tahun ke depan GDP Indonesia akan melampaui Jepang. Namun bila value dari seni budayanya tidak ikut naik maka masa depan yang diramalkan tidak akan tewujud.

Penghargaan kepada seniman dan karyanya


Yang menjadi bagian penting adalah, karya seni yang baik itu harus dihargai dengan baik pula, karena hal itu meningkatkan value.

Kishi melanjutkan bahwa karena hal itu, ketika ia berpikir tentang acara yang ia buat sendiri itu ada di urutan keberapa. Yang menjadi pemikiran paling penting itu adalah seberapa banyak produk terjual di dalam acara ini.

Ia mengakui ada juga yang tidak berpikiran sama dengan dirinya atau ada perbedaan dalam memahami seni, akan tetapi bagi Kishi, yang penting itu mengetahui banyak hal termasuk kemungkinan tidak akan bisa menang bila dibandingkan dengan seni Barat.

 Kishi juga berfikir tentang hal yang berbeda dari konsep Barat yaitu unit venue atau tempat-tempat yang unik. Jadi di tempat-tempat yang menarik ditampilkan karya-karya seni yang baik itu.

 Di kawasan Asia sendiri untuk bangun bangunan tua sangat banyak termasuk di Indonesia. Kishi melihat, bangunan kuno itu merupakan daya tarik tersendiri karena unik dan membuat seni budaya di kawasan itu bernilai ekonomi.

 Naohiko Kishi selanjutnya berencana membuat hal yang sama di Osaka. Tahun 2025 nanti akan diselenggarakan International Osaka Expo. Sebuah acara internasional yang melibatkan banyak pihak dari pemerintah berbagai negara.

 Apa yang dilakukan Kishi adalah melibatkan para duta besar. Berdasarkan rekomendasi dari para duta besar, kegiatan ini melibatkan banyak seniman dari berbagai negara termasuk dari Jepang sendiri. Melalui acara tersebut para seniman berkesempatan untuk masuk juga ke dalam pasar seni di Jepang dan senimannya sendiri mendapatkan manfaatnya. Ditambah lagi kegiatan itu memfokuskan ke seniman-seniman muda berusia sekitar umur 30 sampai 40 tahun.

 Digital Art

Naohiko Kishi berbicara langsung dengan para seniman bagaimana caranya sebisa mungkin selama mereka hidup dan masih bisa berkarya mendapatkan manfaat. Salah satunya adalah dengan Digital Art.

 Naohiko Kishi membuat film yang memadukan berbagai seni dan teknologi menjadi sebuah film Digital Art. Thriller film berdurasi hampir 2 menit tersebut diputar di sela paparanya.

Mengapa dibuat digital? Bukan sekedar menjual akan tetapi juga sebagai alat untuk mempromosikan seniman tersebut secara digital.

 Saat ini orang dengan mudah mengakses dunia digital. Seniman dapat memperlihatkan koleksi karya mereka itu lewat layar monitor. Lewat layar itu, koleksi karya seniman akan ditonton oleh generasi yang memang akan melakukan hal tersebut dan generasi yang tidak akan melakukan hal tersebut (sekedar menonton).

 Oriental Art berperan penting dalam pengembangan teknologi di dunia entertain. Di Jepang selama 10 tahun ini banyak terjadi perubahan. Di sana, kegiatan art Tokyo menjadi ajang kumpul para pihak yang berhubungan dengan acara itu. Mereka berkumpul dan fokus di acara tersebut dan akhirnya membawa perubahan yang besar.

 Kemudian bekerjasama dengan museum-museum dalam pelaksanaan Art Tokyo itu. Ada sekitar 20 museum yang ditampilkan dalam Art Tokyo. Bagi Naohiko Kishi, Art Tokyo menjawab bagaimana mengumpulkan orang-orang dari seluruh dunia dan mereka bisa menghasilkan kegiatan-kegiatan bernilai ekonomi. *** 


Kiri: Yang Mulia Duta Besar Pemerintah Jepang Kanasugi Kenji
Tengah: Foto brsama: Ibu Misari Kepala Museum Bahari. Naohiko Kishi, Duta besar, Bpk. Yiyok ketua Amida Paramita Jaya dan Direktur MISSAO Corp
Kanan: Naohiko Kishi, narasumber 

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...