Senin, 26 Maret 2018
Sabtu, 24 Maret 2018
Jumat, 16 Maret 2018
ENGGAN BURU BURU PERGI
Bang Ahmad Sartono, seorang tour guide mandiri di berbagai tempat wisata sejarah di Indonesia, Rabu lalu 7/03/2018 singgah di Museum Santa Maria. Selain bersilaturahmi, tentu juga karena inilah pertama kali kunjungannya ke Museum Santa Maria.Bersarung tenun motif baduy Bang Ahmad, begitu biasa dipanggil, sendirian naik kereta dari rumahnya di kawasan Depok dan turun di stasiun Juanda. Tiba di Museum Santa Maria diterima Sr Lucia dan ngobrol banyak hal, yang dibahas tentu saja sejarah banyak hal, termasuk bangunan gedung Museum Santa Maria. Setelah selesai bincang bincang, Bang Sartono dihantar Mas Aji keliling museum selama kurang lebih dua jam…wow… dan sekalian merasakan masakan di cafĂ© St Maria. | Bang Ahmad mengaku ke Museum Santa Maria baru kali ini tetapi kalau ke sekolahnya sudah dua kali saat menemani anak anak SMP Santa Maria keliling wisata kota tua. “Ke sekolah Santa Maria-nya sudah dua kali tapi ke museumnya baru sekali ini. Tapi saya lupa gurunya siapa dulu hehehehe…..” Saat ditanya bagaimana rasanya setelah keliling, Bang Ahmad menjawab “Kesannya menambah spiritual saya. Kalo rumah ibadah itukan selalu ada misteri kekudusannya saya sih merasakannya seperti itu. Apalagi kemarin yang pas di depan kapel lagi foto sendiri, eeh gagal dua kali malah fotonya blur langsung ijo semua warnanya. Nah disitu saya heran. Mungkin karena saya belum kulonuwun terus pas dibantu foto baru bisa.” “Yang pasti saya merasakan ada aura positif yang membuat saya enggan buru buru meninggalkan museum.” Pungkas Bang Ahmad menutup obrolan. Sebelum meninggalkan Museum ia menulis kesan di buku tamu: “Sejarah perjalanan pendidikan keagamaan yang sangat berharga.”*** |
Jumat, 09 Maret 2018
Sweet Memory ALUMNI SD
“Saya baru tahu sekarang ini loh. Dulu kan nggak boleh masuk ke sini,” kata Bu Lucia Widia Ningsih Hadi Surjo alumni SD Santa Maria tahun 1965 saat berkunjung ke Museum Biara Santa Maria Rabu 28/02/2018 lalu. | Saat ini Ibu Lucia tinggal di Australia. Suaminya baru saja “dipanggil Tuhan” beberapa tahun yang lalu. Ia dikarunia anak 3, yang 2 sudah berkeluarga; satu tinggal di Australia yang satu di Belanda. Ia datang ke Indonesia selain libur dan reuni dengan teman-temannya, ia juga mau mengunjungi anaknya yang berada di Belanda. Ia menyempatkan diri singgah di Museum Santa Maria untuk bernostalgia dan melihat-lihat perkembangan sekolah nya dulu. Selama hampir sejam Ibu Lucia berkeliling Museum sambil mengenang masa masa di TK dan SD dulu. “Dulu waktu saya masuk SD gedung SD-nya sudah di gedung baru tapi waktu itu baru dua lantai. Tidak tiga lantai seperti sekarang. Guru walikelas SD yang saya ingat adalah Ibu Mamiek, almarhum dan Kepala Sekolahnya, Mere Marie Mart, kenangnya. Saya lanjut ke SMP saya di St Ursula, Jl.Pos,” katanya merasa bangga sebagai murid Ursulin. Ia berharap suatu saat nanti, bisa datang lagi ke museum. Ibu Lucia begitu terkesan dengan sekolah Santa Maria tempat ia belajar dulu. Sebelum pamit ia menuliskan pesan di buku tamu dengan huruf besar “SWEET MEMORY” .*** |
Jumat, 02 Maret 2018
Beautiful Work!
Seorang wanita cantik dihantar Miss Maya guru bahasa Inggris SD Santa Maria dan orang tua murid ke Museum Santa Maria, Rabu siang 21/02/2018.Wanita itu adalah Mrs. Danielle Miettinen seorang jurnalis Veritas forum dari Finlandia.Dibantu Miss Maya, ia berkisah, bahwa ia tinggal di hotel tak jauh dari Sekolah Santa Maria. Saat melongok keluar jendela ia melihat kapel dan lapangan olah raga sekolah. Rupanya ia sengaja mencari hotel yang dekat dengan sekolah mamanya dulu. “Dulu mama Agnes dan saudara-saudaranya tinggal di Jalan Batutulis,” katanya mengingat cerita mamanya.Saat masuk lewat pintu Sekolah Santa Maria Jl Batutulis raya 30, ia menanyakan kepada Satpam keberadaan sekolah dan kapel. Mereka kurang paham dengan penyampaian Mrs. Danielle. Ibu Lili, orang tua murid yang sedang menunggu anaknya pulang sekolah, menawarkan diri untuk menemani Mrs Danielle karena di sekeliling tak ada yang fasih berbahasa Inggris. Akhirnya bersama dengan guru bahasa Inggris SD Miss Maya, Danielle dihantar keliling Museum. | Di museum Santa Maria, Mrs. Danielle berkeliling dan terkejut dengan foto foto masa lalu yang dipamerkan. Ia teringat Mamanya Agnes Bochem yang sekarang berumur 79 tahun dan tinggal di Belanda. Agnes pernah cerita bahwa dulu antara tahun 1945-1951 ia bersekolah di Santa Maria ini, karena rumahnya dekat sekolah yaitu di Jalan Batutulis. Setelah lulus Lagere School/ SD ia melanjutkan ke St Ursula sekitar 1-2 tahun sebelum akhirnya keluarganya pindah dan tinggal di Belanda. Mrs. Danielle datang dengan keluarganya ke Indonesia, selain berlibur juga mau mencari bahan untuk suatu buku yang sedang ditulisnya tentang Perempuan Indonesia di masa kolonial. “Yes, Mix, “ katanya singkat menjelaskan tujuannya ke Indonesia untuk pertamakalinya. Lalu ia berkisah bahwa Omanya (Ibu dari Agnes) adalah seorang putri keraton Jogja bernama Siti. Neneknya ini kemudian menikah dengan tentara KNIL Belanda. Mereka mempunyai 6 anak yang juga bersekolah di Santa Maria. Siti meninggal dan lalu dimakamkan di Imogiri, Yogyakarta. Rencananya setelah dari Jakarta Mrs. Danielle dan suami beserta 2 anak gadisnya akan melanjutkan perjalanan ke Yogya sebelum balik ke Finlandia. Selama hampir dua jam berkeliling dan ngobrol dengan Suster Lucia, Mrs. Danielle pamit. Tak lupa ia menuliskan pesan di buku tamu “Many thanks for a great visit. God bless your beautiful work!” *** |
Langganan:
Postingan (Atom)
Penghormatan Relikui
Museum Ursulin Santa Maria (MUSM) menggelar Pameran dan Penghormatan Relikui memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus. Kegiatan Pameran dan...
-
Hari Museum Indonesia tahun 2019 dirayakan dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah Grebeg Museum (=ramai-ramai mengunjungi museum...
-
Tanah makam para suster awalnya ada di Bidaracina. Semula tanah itu adalah pemberian Bapak Heugen, kepada Uskup Vrancken dengan mak...
-
Setiap kita ke museum apakah kita baca semua teksnya? Seperti apakah teks yang sesuai dan enak dibaca? Ibu Ajeng Ayu Arainikasi...