Rabu, 15 Agustus 2018

MERAWAT BANGUNAN KUNO UNTUK MUSEUM

Museum Santa Maria menggelar workshop pengelolaan museum di hall Museum Santa Maria Juanda, Kamis 26 Juli 2018 dengan menghadirkan konsultan museum dari TiMe, Timmer & Meijer . 

foto : Aji

 
Petra Timmer berprofesi sebagai Art Historian dan Max Meijer seorang Museulogist . Pasangan suami istri dari Belanda yang fokus karyanya membantu menjadi konsultan dalam permuseuman di seluruh dunia, memberi sesi dan memandu seluruh peserta workshop dengan judul “Merawat Bangunan Kuno Untuk Museum.” Peserta yang diundang dari berbagai macam profesi terkait yang mendukung dan pemerhati karya para Suster Ursulin di Museum Santa Maria. 

Menurut Petra, beberapa kelebihan Museum Santa Maria seperti lokasi yang strategis berada di dekat pusat pemerintahan, komunitas yang hidup bukan sekedar peninggalan sejarah saja, dan tentu juga sejarahnya yang istimewa karena hadir jauh sebelum hadirnya negara Republik Indonesia. Selain itu cerita yang unik dari sebuah biara tertua di Indonesia dengan Pancasila nya. Beberapa kelebihan lain seperti time line Museum, layout brosur yang menarik serta adanya denah museum dengan ciri khas masing masing. Tak lupa mereka juga menyoroti benda koleksi museum yang terawat dengan baik pula. Yang tak boleh dilupakan adalah keramah tamahan para suster .

Sementara itu beberapa hal yang harus dibenahi dan ditingkatkan dari museum ini antara lain menampilkan tokoh lulusan/alumni sekolah Santa Maria. Menurut Petra orang akan tertarik dengan biografi para tokoh/figur publik.
foto: Aji

foto: Aji

Apalagi tokoh itu masih hidup seperti Martha Tilaar. Tata letak Auvi juga menjadi saran untuk ditindaklanjuti. Selain itu penataan cahaya dan warna pada beberapa ruang apabila memungkinkan bisa di sesuaikan dengan tema ruang pamer. Sedangkan untuk label bila perlu ditambah teks cerita serta sejarah bangunan gedung juga menjadi hal yang cukup menarik untuk diceritakan. 

“Salah satu keunikan sekaligus kelebihan dari Museum Santa Maria adalah, sebuah institusi yang tetap ada dan terus berkelanjutan dan mampu menceritakan obyek dan nilainya kepada orang orang untuk hidup lebih baik,“ kata Petra. 

Sementara Max memberikan beberapa contoh museum dengan kategori pra colonial, colonial, post colonial dan saat ini. Masing masing contoh dengan keunikannya adalah Keraton Yogyakarta, Museum di Bima-Lombok, dan Ternate menjadi kelompok bagian Pra Kolonial. Museum Nasional, Museum Geologi adalah contoh dari masa Kolonial. Sementara TMII, Monas menjadi kelompok bagian post colonial. Untuk yang modern saat ini adalah museum MACAN-Jakarta, Museum Tsunami-Aceh, Multatuli-Lebak, Gedung Sate-Bandung. 

Workshop yang dimulai jam 08.30 diawali dengan paparan suster Ingrid Widhiningsih OSU yang mengawali pendirian Museum Santa Maria lalu dilanjutkan dengan Sr. Lucia penanggung jawab Museum dengan paparan kondisi museum saat ini. 

Usai workshop Max Meijer menyampaikan apresiasinya di laman facebook pribadinya: “Quite a shock at the registration desk of our workshop at Santa Maria in Jakarta this morning. World famous here now! Workshop went very well with thoughtful presentations Sister Lucia, energizing moderation by Pak Piter, short lectures by PP Petra Timmer and myself. Discussions about the narrative, collection, target groups and design of the future Santa Maria museum proved to be lively and rich in directions. And the food was excellent again! It was an honour for us both to be invited here. Hope to be back!” ***
foto: Aji

foto: Aji

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...