Kamis, 16 Agustus 2018

PROFESIONALISME dalam KESEDERHANAAN (Observasi Pak Max & Ibu Petra)

Pak Max dan Ibu Petra, pasangan dari Belanda berkunjung ke Museum Santa Maria Rabu, 25/06/2018 Museum di temani Pak Piter. Pak Max dan Ibu Petra datang tepat Pk. 10.00 diantar Pak Satpam melalui halaman panjang kompleks sekolah. Mereka langsung menuju refter (=ruang makan para suster) untuk minum. 



Sambil minum ice cream dan makan pudding di pagi yang sudah mulai panas, berempat mencoba merefleksikan kembali, “jalan-jalan Tuhan yang menuntun hingga akhirnya terjadi pertemuan di Santa Maria ini.” Dari tali ikatan perkenalan dan pertemuan, baik di Indonesia maupun di Belanda itulah mulai beranjak sinergi itu.…untuk masuk pada ke kekinian. 

Petra Timmer seorang Art Historian dan Max Meijer Museulogist. Mereka sengaja datang untuk melihat-lihat komplek biara, sekolah dan museum Santa Maria. Mereka ingin mempelajari seluruh kompleks dengan segala keunikannya untuk memastikan materi yang akan disampaikan pada Workshop Pengelolaan Museum keesokan harinya, betul betul tepat sasaran. Maka selama hampir tiga jam mereka melihat dengan teliti, memotret, bertanya, dan menganalisa. 

Sedangkan Pak Piter adalah partner kerja Pak Max dan Ibu Petra saat membantu pengelolaan Museum Tsunami di Aceh beberapa waktu lalu. Pak Piter sendiri adalah warga Jakarta dan sudah pernah berkunjung ke museum Santa Maria. Kerjasama mereka mengelola Museum Tsunami Aceh disupport UNESCO, badan PBB yang khusus menangani bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Kali ini Pak Piter, Pak Max dan Ibu Petra kembali berkolaborasi untuk mendukung karya Para Suster Ursulin dalam mengelola Museum Santa Maria.

Dalam kunjungannya, mereka sungguh menikmati dan melihat detail dari seluruh komplek Santa Maria. Beberapa foto mendapat perhatian serius. Salah satunya Foto udara area sekolah Santa Maria karya Arbain Rambey. Mereka kagum tidak hanya dengan fotonya saja tetapi juga dengan luasnya area. 

Foto hall juga tak luput dari pandangan. Mereka membayangkan interior dan situasi hall masa lalu saat foto lukisan itu dibuat. Di Ruang Angela dan Ruang Misi juga sama, hampir semua foto mendapat perhatiuan serius. 

Mereka tidak hanya sekedar ingin tahu tetapi juga menikmati betul keindahan masa lalu yang tampak dari foto lukisan. Beberapa benda kuno seperti lemari, ruangan, uang kuno, kain dan beberapa yang lain mendapat perhatian khusus pula. Benda benda pamer itu menjadi sasaran diskusi dan sharing pengalaman mengelola saat menjadi konsultan museum-museum besar di dunia. 

Pertemuan, diskusi dan sharing di museum diteruskan sampai ke meja makan. Suster Lucia menyambut tamunya dengan santap siang istimewa mengakhiri pertemuan hari itu di cafĂ© Unit Produksi SMK St Maria. Lauknya khusus dari siswa/i tata boga yang kebetulan hari itu sedang praktek memasak. Rasanya tidak kalah dengan restoran berbintang…..hm..... 

Disela-sela makan siang, Ibu Petra diminta mencoba blus batik yang dibuat oleh salah satu Guru Tatabusana SMK yaitu Ibu Bong Siau Kiau. Syukurlah pas. Kain batik sumbangan Pak John Handoyo cocok dan pas dipakai oleh Ibu Petra yang berkulit putih itu. Pak Max, Ibu Petra serta Pak Piter pamit sekitar pk. 14.00 karena harus mempersiapkan materi workshop esoknya di tempat yang sama, Museum Santa Maria.***



Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...