Jumat, 12 Oktober 2018

Mgr. PETRUS MARIA VRANCKEN



Petrus Vrancken adalah Uskup Batavia yang mengundang para Suster Ursulin datang ke Batavia. Ia lahir 8 November 1806 di Montenaken, Limburg, Belgia. 

Pada awal abad 19 Belgia dan Belanda belum dipisahkan. Kemudian ketika ia menjadi pastor di Wijlre, Vrancken diangkat sebagai pastor di St. Geertruid (Limburg Selatan). Cornelis van Bommel, seorang Uskup Belanda di Liège, menunjuk Vrancken pada 1838 untuk menangani kota Sittard. 

Vrancken digambarkan sebagai pribadi yang giat. Sebagai deken di Sittard, ia berelasi dengan Pastor John Lambertz di Belgia Tildonk. Kedua pastor itu berelasi baik dengan para suster, pengikut Angela Merici. (dari Kompani Brescia, di Italia, di abad ke 16). Lalu mereka pindah ke lahan di Belanda Limburg. Pada April 27, 1843 Ursulin menetap di Pasar Lama di Sittard. Mere Olive (Angelica van Noten) adalah kepala biara. Para suster memberi pendidikan Katolik untuk gadis-gadis di daerah Sittard dan daerah-daerah terpencil. 

Di kerajaan Belanda, umat Katolik masih mengalami banyak hambatan. Di Belanda, orang Protestan menentang umat Katolik. Di Indonesia Uskup Grooff dideportasi dan diasingkan ke Belanda. Maka Pierre Vrancken dari Sittard diminta berangkat ke Batavia sebagai pembantu (Ko-Ajutor ) dan penerus dari Uskup Grooff. Banyak pastor ingin menjadi misionaris ke dunia karena mereka merasa terpanggil untuk menyebarkan iman yang benar. Tetapi ketika Vrancken ditunjuk untuk menjadi misionaris ia berkeberatan. 

Setelah beberapa hari Vrancken merasa “belas kasihan” terhadap saudara dan orang-orang malang dan miskin di Hindia Belanda/Indonesia. Lalu Paus Pius IX menunjuk Vrancken sebagai uskup Misionaris baru dengan mengatakan, “ketakutan dan penderitaan orang-orang di Indonesia adalah tanggung jawab Roma.” Tidak lama sesudahnya berangkat dua kapal dengan 6 pastor baru ke Hindia Belanda. Vrancken mengajak Adam Claessens pastor di Venlo yang juga lahir di Sittard, untuk ikut serta berangkat Ke Hindia Belanda bulan Desember 1847.
Di Batavia Mgr Vrancken tidak paham mengapa ia diterima dengan “Naik Kereta empat kuda” menuju ke tempat kediaman barunya. Kemudian, ia mulai kerja keras. Ada banyak hal yang harus dilakukannya di Batavia. Kalau dihitung dari 600 umat Katolik, hanya 25 yang menerima komuni Paskah. Semuanya kurang: uang, pastor dan suster muda untuk memberikan pendidikan yang baik. 

Uskup lalu menghubungi suster Ursulin di Sittard untuk datang membantunya. Pada tahun 1854 ia kembali ke Belanda. September 1855, ia berhasil membawa 9 religius ke atas kapal dari Rotterdam menuju Batavia. Di antara mereka ada tujuh suster Ursulin Sittard. Vrancken sendiri melakukan perjalanan darat ke Hindia Belanda. 

Setelah beberapa tahun di Sittard, Vrancken melaporkan bahwa di tahun ke 6, puluhan gadis datang dari kelas menengah ke atas. Dari kedua biara yang didirikan, sudah terkumpul 94 siswa. Pada tahun 1866, ada 12 Pastor dan 46 Suster Ursulin di Pulau Jawa. Pada waktu itu kami bahkan mendapat novisiat Ursulin di Venray khusus untuk misi di Jawa. 

Mgr Petrus Vrancken harus berjuang di daerah tropis. Ia harus kembali secara teratur ke Belanda karena masalah dengan kesehatannya. Pada tahun 1874, dokter menyatakan bahwa secara medis ia tidak lagi diperbolehkan berangkat ke Batavia. Sudah saatnya mencari pengganti. 

Atas saran dari Vrancken, diangkatlah Adam Claessens sebagai penggantinya menjadi Uskup di Batavia. Seorang misionaris yang lahir di Sittard. Ia terpilih sebagai Uskup Transpolis ketika tiba di kampung halamannya pada akhir tahun. 

Pada 2 Februari 1875 Claessens berada di Sittard, oleh superior uskup pribadinya Vrancken didedikasikan. Dengan demikian, kota Limburg Selatan terus memainkan peran penting dalam misi di Jawa, Ursulin tetap bertahan pada pendudukan Jepang selama Perang Dunia II. 

Pada perayaan seratus tahun misi pada tahun 1955, ada 400 suster di Jawa. Ada dua belas biara dan 11.500 murid. Dari Sittard-lah semuanya dimulai. Tanggal 17 Agustus 1879 Mgr Petrus Vrancken meninggal di Belgia dalam usia 73 tahun.*** (Sumber dari Buku URSULIN PENDIDIK PEREMPUAN PERTAMA DI INDONESIA Derap Langkah 160 Tahun, Komunitas Ursulin Santa Maria, Jakarta. Hal. 34)

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...