Rabu, 17 Oktober 2018

Foto PASTOR LAMBERT



Johannes C.M. Lambert dilahirkan di kota kecil bernama Hoogstraeten, Belgia pada 8 Februari 1785. Johannes adalah anak sulung dari empat bersaudara. Keluarga Lambertz termasuk keluarga berkecukupan dan Johannes mendapatkan pendidikan yang baik. Orang tuanya memberinya dasar agama katolik yang mendalam. Sejak masa mudanya ia menghormati dan mencintai Bunda Maria dengan cara istimewa. Dengan setia ia melakukan doa Rosario setiap hari sampai akhir hidupnya. 

Ia masuk Seminari di Mechelen tahun 1810 dan tahun 1812 ditahbiskan imam oleh Mgr. van de Velde, Uskup dari Roermond. Kemudian ia ditunjuk menjadi pastor pembantu di Tildonk, kota kecil dekat Leuven. Pada 29 Desember 1815 ia diangkat menjadi kepala paroki di Tildonk. 

Pastor Lambertz mendirikan sekolah rendah bagi anak laki-laki maupun perempuan atas dorongan sahabatnya seornag Pastor Karmelit, Pater Schueremans. Pada saat itu Eropa sedang dilanda banyak musibah, perang dan pendidikan anak-anak sangat memprihatinkan. Ia juga ingin mendirikan suatu biara untuk meneruskan karya pendidikan yang akan dimulainya itu. 

Saat itu belum ada ruang maupun uang, maka awalnya dipakailah beberapa kamar dari rumah Pastor Lambert sendiri. Kamar-kamar itu diubah menjadi ruang-ruang kelas yang cocok untuk permulaan, dan rupanya Tuhan sendiri menyediakan seorang ibu guru dengan cara yang tidak disangka-sangka. Awalnya ada 2 perempuan yang datang yaitu Anna-Marie Groederbeek 26th disusul Maria van Ackerbrouck 27th. Mereka ingin menempuh hidup membiara dan membaktikan diri bagi anak-anak terlantar. Mereka berdua tinggal disitu juga dengan mengubah kandang sapi menjadi kamar. Lalu ada pembagian tugas, Anna mengurus anak-anak dan Maria mengatur rumah tangga. Suatu hari datanglah Catharina Van den Schriek 26th yang mau menggabungkan diri. 

Menurut Hukum Gereja,, untuk membentuk suatu Komunitas Religius, sekurang-kurangnya harus ada 3 orang. Maka pada tanggal 30 April 1818 segera setelah Catharina tiba, diadakan upacara khusus yang dihadiri oleh pastor Lambert dan orang tua mereka. Setelah upacara itu, mereka mulai menyebut diri “Suster”. Pakaian mereka sopan dan sederhana saja, tidak ada yang khas. Mulai saat itu secara resmi suatu karya besar dalam Gereja Katolik, yaitu “Komunitas Religius dari Tildonk” yang melayani karya pendidikan terbentuk. Mereka mengajar anak laki-laki maupun perempuan. Mereka mengajarkan tiga mata pelajaran, yaitu agama, menulis dan membaca.

Pastor Lambertz berusaha menyusun semacam “pedoman hidup” bagi ketiga Suster itu, agar Komunitas ini dapat memperoleh status Kongregasi. Lalu Pastor Lambert menghadap Uskup Agung Mechelen yang baru, yaitu Mgr.Sterckx untuk menyampaikan maksudnya.
Menurut Bapa Uskup, tidak perlu mendirikan Kongregasi Religius yang baru, karena di Perancis sudah ada Kongregasi Suster Ursulin yang sudah lama menjalankan karya pendidikan dengan sukses. Maka diputuskan biara di Tildonk menjadi biara Ursulin. Segera Pastor Lambert meminta Konstitusi Ursulin Bordeaux untuk dipelajari dan meminjam contoh busana biara beserta kerudung dan kap-nya. 

Dengan maksud memohon agar sekelompok Suster diutus demi karya Misi di kawasan pulau Jawa, Mgr Vrancken mendesak agar beberapa Suster boleh berangkat ke Batavia guna menunjang penyebaran Injil dengan mendidik kaum perempuan di pulau yang jauh itu. Lama sekali Pastor Lambertz tidak memberi jawaban kepada Monseigneur. Bukan karena ia takut mengambil keputusan atau karena semangatnya untuk Misi itu kurang berkobar dalam hatinya. Beliau berdoa sambil berkali-kali membicarakan hal itu dengan Uskup Agung Sterckx untuk mengetahui Kehendak Tuhan. Para Suster pun menunggu dengan sabar keputusannya, walaupun mereka ingin sekali melaksanakan Perintah Tuhan, seperti kata Injil “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk”. (Markus: 16:15) 

Ketika Pastor Lambertz akhirnya berkeyakinan, bahwa Tuhan memang menghendaki kehadiran Suster Ursulin di Jawa, ia segera memberi tahu Mgr Vrancken. Lalu dipilihnya 6 Suster dari biara Sittard dan satu dari biara di Maeseyck yaitu Suster Ursula Meertens. Sr Ursula ditunjuk sebagai pemimpin kelompok kecil itu. 

Keberangkatan para suster Ursulin ke tanah Misi, merupakan suatu puncak dalam kehidupan Pastor Lambertz. Nasib Suster di pulau Jawa tetap diperhatikannya dan ia mengiringi mereka dengan doanya. Jumlah biara Ursulin di Belgia dan Nederland sudah besar sekali. Menjelang Pastor Lambertz meninggal dalam tahun 1869, 40 biara telah didirikannya dan ratusan Suster Ursulin berkecimpung dalam karya pendidikan. Setiap tahun beliau mengunjungi setiap biara. Untuk memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan, para pemimpin biara sering berkumpul, paling sedikit sekali setahun. Pada kesempatan itu mereka dibina dan dibimbing supaya semangat Injil meresap dalam hatinya. Dengan singkat dapat dikatakan, bahwa Pastor Lambertz seorang pencinta doa. Ia hidup dari doa. Walaupun jasanya besar sekali, ia menganggap dirinya sebagai hamba yang tak berguna. 

Hidup dan tenaganya dihabiskan untuk umat parokinya. Kongregasi Ursulin dari Tildonk dicintainya dengan cinta yang tidak kenal batas, sampai akhir hidupnya. Ia hidup dengan amat sederhana. Untuk membantu orang miskin, ia membagi-bagikan kepada mereka pakaiannya sendiri, bahkan kemeja pun diberikannya. Ia tidak segan menerima orang miskin yang sakit dalam rumahnya dan ia merawat mereka sampai sembuh kembali. 

Pada tanggal 30 April 1868 Kongregasi Ursulin Tildonk berdiri 50 tahun. Peringatan itubaru dirayakan pada pesta Santa Ursula, tanggal 21 Oktober. Semua Suster memperbaharui kaulnya dan mereka menerima Berkat Pastor Lambert. Semua hadirin terharu ketika beliau mengucapkan “Berkatnya” kepada para Suster yang hadir demi generasi-generasi Suster yang akan datang. Perayaan Ekaristi dilangsungkan dengan meriah oleh 8 imam. 

Sesudah peristiwa perayaan itu, tenaga Pastor Lambertz makin berkurang. Beliau menyadari, bahwa tugasnya hampir selesai. Untuk terakhir kalinya ia memanggil semua pemimpin biara untuk menyampaikan nasehatnya kepada mereka. Semua pemimpin berkumpul di Tildonk tanggal 6 April 1869 kecuali mereka yang dari Batavia dan Surabaya. Mereka mengerti bahwa pertemuan ini sekaligus merupakan perpisahan dengan Pastor yang puluhan tahun menjadi bapa rohani mereka. 

Tibalah hari yang terakhir dalam hidup Pastor Lambertz. Dengan suara lemah ia sering mengucapkan nama Yesus, Maria dan Yosef. Tanpa mengeluh ia menderita bersama Yesus di Kayu Salib. Sampai saat terakhir ia sadar dan mengikuti doa para Suster dan Imam yang mengelilingi tempat tidurnya. 

Pada tanggal 12 Mei 1869 jam 20.00, pastor Lambertz menyelesaikan perjuangannya di dunia ini dan ia menyerahkan jiwanya kembali dalam tangan Tuhan. Jenazahnya diistirahatkan di makam umum di Tildonk. Misa Requiem dan upacara pemakaman dihadiri oleh 60 Imam dan ratusan Suster dari Kongregasi Ursulin. Semua orang yang mengenal Pastor Lambertz dari dekat, merasa bahwa dunia kehilangan seorang saleh dan suci yang sangat berharga hidupnya. Pastor Lambertz meninggal dunia dalam usia 84 tahun.***(Sumber dari Buku URSULIN PENDIDIK PEREMPUAN PERTAMA DI INDONESIA Derap Langkah 160 Tahun, Komunitas Ursulin Santa Maria, Jakarta. Hal. 22-25)

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...