Selasa, 13 November 2018

BELAJAR dari Workshop Kang ASEP

Museum harus terus bergerak mengikuti perkembangan zaman dan teknologi agar tetap dapat menjadi sarana belajar bagi semua usia sesuai zaman. 

Maka Lokakarya teknik videografi menggunakan gawai yang diselenggarakan Museum Basoeki Abdoellah sungguh sangat membantu para pengelola museum untuk turut bergerak mengikuti perkembangan jaman. Museum Santa Maria tak ketinggalan turut terlibat dalam lokakarya tersebut sebagai peserta pada Rabu 10/10/2018. 

Di flyer workshop tercantum sesi workshop untuk pelajar jam 07.30 dan umum jam 11.30. Semuanya gratis. Namun jam 11.30 sesi untuk pelajar baru mulai praktek nge-vlog. Sementara peserta umum yang sudah datang terpaksa menunggu di luar aula karena aula masih digunakan untuk sesi pelajar. Menurut Pak Joko Susilo, sekuriti, sesi 1 baru mulai jam 09.30 Ketika jam menunjukkan pukul 12.30 sesi 2 untuk umum belum mulai, saya coba menghubungi Ibu Maeva, kepala museum. Saat dihubungi via WA dan bertemu langsung sebelum acara dimulai Ibu Maeva menyampaikan bahwa jam 11.30 yang tercantum di flier adalah jam registrasi dan makan siang. workshopnya sendiri dimulai jam 13.00. 

Akhirnya jam 13.05 workshop dibuka dengan sambutan oleh Ibu Maeva selama sekitar 10 menit. Usai Bu Maevah dilanjutkan Kang Asep Kambali, pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI). Kang Asep sapaan akrabnya menekankan pentingnya sejarah sebagai butir penting yang menjaga kokohnya sebuah bangsa. Tugas kaum muda untuk merawat dan menjaga sejarah bangsa lewat teknologi yang ada. 

Kang Asep mengakui bahwa ia lebih banyak berteori dalam penggunaan teknologi untuk merawat sejarah, namun hal ini dilakukan karena saat ini ia lebih banyak dibutuhkan untuk mengingatkan masyarakat dari seluruh tanah air. Untuk merawat dan menjaga sejarah itu melalui tatap muka sehingga untuk praktek menggunakan teknologi seperti vlog, ia masih mengalami keterbatasan waktu. Masih banyak masyarakat terutama anak muda yang kurang paham sejarah dan pentingnya sejarah bagi sebuah bangsa.




Selain itu juga karena prihatin dengan banyaknya konten acara atau tayangan di televisi, vlog ataupun sosial media yang kontennya tidak bermutu. Anehnya, justru hoax diminati masyarakat dibanding konten yang bernilai seperti sejarah. 

Maka melalui Komunitas Historia besutannya, Kang Asep mengajak masyarakat terutama kaum muda untuk mengenal sejarah dengan datang langsung ke museum-museum atau lokasi bersejarah di mana saja. “Kenali sejarahnya, pilih mana yang baik dan jadikan materi vlog untuk bekal masa depan kita terutama bangsa kita dimasa mendatang,” tegas Kang Asep yang juga Presiden kelompok bernama “Asep” se-dunia ini. 

Sementara Bima Prasena seorang Travel Blogger berbagi pengalaman bagaimana mengambil gambar atau merekam dan saat traveling. Contoh yang ditampilkan lebih banyak suasana pemandangan alam karena memang Bima lebih berfokus pada tema alam. “Bedanya foto dan video, kalo video itu lebih banyak feature-nya. 

Dan yang penting, apapun piranti yang kita punyai harus digunakan dan menjadikannya yang terhebat. Maka kita harus menguasainya. Kuasai dan pahami HP yang kita miliki,” tegas Mas Bima membuka sesi. 

“Talking Head adalah momen kebersamaan dalam perjalanan yang menjadi vlog, kemudian How to, semacang bincang–bindang santai membahas suatu problem dan langsung dapat solusinya. Adventure atau Reality itu pengalaman berpetualang itu yang jadi materi vlog nya,” papar Mas Bima menerangkan jenis vlog. 

 “Untuk bisa nge-vlog diperlukan perlengkapan kayak HP, pastikan dulu spek-nya, fungsi dan aplikasi di HP kita. Audio jangan lupa dicek. Pas nge-vlog atur pada mode pesawat. Jadi jangan sampai pas lagi nge-vlog tiba-tiba muncul notifikasi pesan masuk kan mengganggu banget. Merusak konsentrasi. Kemudian lighting. Pastikan lighting, kalo di dalam ruangan atau suasana gelap lighting-nya cukup yang terakhir Tripod untuk menjaga kestabilan pengambilan kamera,” lanjutnya Untuk pengambilan gambar pahami arah datangnya cahaya dan yang terpenting pada saat ngevlog, perlakukan Hp kita sebagai kamera BUKAN TELEPON. Dan dari semuanya itu pada akhirnya cerita menentukan segalanya,” tutup mas Bima. Acara dilanjutkan dengan tanya jawab dan praktek membuat vlog dengan materi dari Museum Basoeki Abdullah. Seluruh peserta meninggalkan workshop pada jam 17.00.***


Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...