Kamis, 02 Mei 2019

Menjaga dan Merawat Lebih Baik Daripada Mengkonservasi

Foto by Aini
Museum Santa Maria memiliki koleksi berbahan kertas cukup banyak. Ada foto, surat-surat, dokumen, sertifikat, buku-buku dlsb. Dari semua koleksi berbahan kertas tersebut, banyak sekali yang rusak karena usia tua, lingkungan ruang penyimpanan yang lembab, serangga, dan yang mengkhawatirkan adalah ketidaktahuan staff pengelola dalam merawat koleksi berbahan kertas tersebut.

Museum Santa Maria mengutus seorang staf untuk mengikuti Workshop Konservasi Kertas yang diselenggarakan Disparbud DKI Jumat 26 April 2019 di Pusat Konservasi Cagar Budaya, Kawasan Kota Tua Jakarta.

Dalam workshop yang dibimbing Ibu Ellis dan Pak Aris dari Perpustakaan Nasional Bidang Konservasi, dijelaskan mengenai berbagai jenis kertas. Bahan dasar dari semua Koleksi kertas berasal dari bagian tumbuhan, biasanya kulit dan atau batang pohon. “Semua koleksi kertas memerlukan perawatan yang teratur agar tidak mudah rusak. Karena bila koleksi kertas sudah rusak biaya yang dibutuhkan untuk mengkonservasi sangat mahal. Lebih baik menjaga dan merawat daripada mengkonservasi,” terang Pak Aris.

Beberapa hal yang dapat merusak koleksi kertas antara lain sinar matahari atau cahaya lampu, kelembaban ruang dan binatang. Sangat disarankan koleksi buku terhindar dari cahaya matahari atau lampu secara langsung. Cahaya yang diijinkan untuk kertas tidak boleh lebih dari 50 lux. Seperti cahaya lampu bohlam 5 Watt. Untuk mengukur cahaya dapat menggunakan Lux Meter Tidak boleh meletakkan dokumen dibawah lampu persis. Sebaiknya dimasukkan dalam paspartus (plastik bebas asam dengan double tape dari bahan khusus) dan tidak boleh menempel ke kaca harus ada jarak.

Kondisi ruang yang lembab menyebabkan kertas mudah berjamur. Sedangkan kondisi ruang yang kering kertasnya menjadi kering dan mudah getas atau rapuh. Suhu yang disarankan dalam ruang yang menyimpan koleksi kertas berkisar 18-21° C dengan fluktuasi maksimum sehari-hari yang diijinkan untuk kelembaban sebesar +/- 3% dan fluktuasi suhu berkisar +/-2°C. Akan lebih baik bila tidak ada fluktuasi tajam suhu dan kelembaban dalam ruang tersebut.

Silica gel dapat digunakan untuk mengurangi kelembaban udara di Lemari. Silica gel warna biru artinya masih aktif atau masih bagus. Minimal setengah gelas di setiap laci dan rutin diganti setiap triwulan. Bila kelembaban ruangan cukup tinggi maka paling lama sebulan sekali harus diganti.
Rayap & serangga.

Serangan serangga seperti kutu atau kecoa dapat diatasi dengan penggunaan kamper/kapur barus, bisa juga dengan cengkeh. 

“Selama ini kapur Barus tidak berefek ke kertas hanya mencegah serangga. Selama ini di perpustakaan nasional diberikan kapur barus di setiap rak dan setiap bulan diganti karena cepat menguap,” terang Bu Ellis. 

Rayap biasanya datang dari celah-celah yang tidak rapat. Maka harus diperiksa celah lantai atau dinding. Tidak boleh menyimpan buku di lemari kayu. Kalo lemari kayu gunakan kayu jati, disarankan menyimpan di lemari logam atau besi.” Lanjutnya.

Bagaimana menyimpan dokumen dengan baik?

Untuk menyimpan dokumen bisa langsung dimasukkan dalam plastik bebas asam. Untuk perawatan foto harus diletakkan di tempat yang tidak lembab. Album foto disarankan berdiri bukan ditumpuk. Tidak disarankan dengan album foto yang langsung nempel ke plastik. Untuk menyimpan foto gunakan plastik bebas asam atau bikin dari kertas bebas asam bentuknya folder-kit.

Pada dasarnya merawat buku tua/baru hampir sama. Suhunya harus standar. Kalau tidak standar maka suhu harus konstan/stabil. Harus menggunakan tirai agar cahaya tidak mengenai dokumen. Rajin dilakukan pembersihan dari debu supaya tidak menempel dan supaya serangga tidak datang. Biasa serangga datang karena rak buku kotor. Dari segi perlakuan pasti berbeda. Buku baru dengan mudah kita menyentuh atau memegang kalau buku lama karena kondisin a maka kita harus hati-hati. Sampul buku tidak boleh pakai plastik yang untuk taplak meja karena mengandung asam. Boleh dipakai tetapi untuk pemakaian jangka pendek saja.

Bu Ellis juga menjelaskan cara untuk mengetahui plastik yang berasam dengan plastis bebas asam. “Cara mengetahui plastik asam atau tidak, tinggal dibakar saja kalau asapnya hitam berarti ada asam. Asapnya warna putih tidak ada asam.” Terang Bu Ellis (Bersambung)



Foto by Aini
Foto by Aini

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...