Jumat, 25 Oktober 2019

Dari Desa Merantau Ke Kota

Lesta (tengah) diapit Suster Lucia & Staff Museum

Linus berfoto dengan Suster Lucia, OSU Kepala Museum 
Mungkin anda pernah mendengar cerita atau kisah pemuda atau pemudi desa yang jujur sederhana kemudian pergi merantau ke kota. Di kota ia belajar banyak hal sampai kemudian menjadi sukses. Meski tidak semua cerita berakhir manis tetapi kisah pemuda atau pemudi desa merantau ke kota jamak terjadi dan mungkin kita sendiri dahulunya adalah bagian atau salah satu tokoh dalam cerita itu.

Museum Santa Maria ternyata juga menjadi bagian cerita dua orang dari desa yang sedang belajar menggapai mimpinya. Linus dan Lesta, dua pemuda dan pemudi dari desa nun jauh di pelosok Kalimantan Utara. Masih beberapa jam berkendara dari Ibu Kota, Tanjung Selor. Linus dan Lesta belajar bekerja atau magang di Museum santa Maria atas dukungan dari seorang wali, Ibu Astuti seorang dermawan.

Mula pertama yang datang belajar adalah Lesta. 24Juni, Lesta menuliskan tanggal pertama kali di lembar kertas presensi kehadiran. Jujur, sopan, dan sedikit pemalu. Untuk bertanya suatu hal terkait pekerjaanya , ia penuh pertimbangan sampai kemudian staff museum yang memulai bertanya, “Ada yang mau ditanyakan?” Barulah Lesta mengungkapkan pertanyaanya. Selebihnya ia menjawab tidak sambil tersipu. Untuk berbicarapun ia lebih banyak membuang muka, bukan karena benci tapi ya karena malu itu. Maklum masih remaja, belum duapuluh tahun usianya. Rasa sungkan atau tidak enak dan malu lebih banyak muncul dibanding perasaan yang lain. Apalagi ini di tempat baru. Dimaklumi.

Jumat kedua Agustus, Lesta yang masih kuliah semester dua Fakultas Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Jogja pamit. Minggu ketiga Agustus, dimulai perkuliahan semester ganjil. Ia harus mempersiapkan segala sesuatu terkait studinya sebelum kuliah dimulai. 

“Jangan malu untuk bertanya” Pesan dari Staff Museum. “Iya Pak” Lesta mengangguk, ia berjanji akan memperbaiki diri. Lesta mengucapkan terima kasih dengan senyumnya, kemudian melambaikan tangan dadah......
Linus masih sempat bertemu Lesta. Linus datang diawal bulan Juli. Linus sama sama dari Kalimantan Utara, sama-sama dari pelosok, sama sama jauh dari Ibukota. Bedanya, rumah Linus jauh lebih pelosok di banding Lesta. “Motor atau mobil susah jalannya pak. Apalagi kalau musim hujan, nggak bisa lewat. Kami harus jalan kaki dulu kurang lebih dua belas jam untuk sampai sekolah. Makanya kami tinggal di sekolah. Ada asrama disana. Pulang ke rumah Sabtu, nginap semalam, minggu siang kami balik lagi ke sekolah.”

Mirip dengan Lesta atau rata-rata perantau dari desa, jujur,sederhana dan sopan. Kelebihan Linus berani memulai untuk menyapa atau bertanya. Mungkin karena sifat dasar laki-laki yang suka berpetualang dan usianya juga sudah di atas duapuluh tahun membuat Linus berani untuk memulai.

Linus lebih beruntung karena di Bulan Agustus, Museum Santa Maria terlibat dalam Pameran Museum di gedung DPR. Pameran itu menjadi kesempatan baik bagi Linus untuk menambah pengalaman berjumpa dan menjalin relasi dengan banyak orang. 

Hari pertama masih adaptasi, hari kedua dan ketiga pameran, Linus sudah lancar memandu tamu. Keberaniannya menyapa dan mengajak orang yang tidak dikenal untuk datang ke booth menambah daftar pengalaman.

Kesempatan memandu di pameran museum menjadi evaluasi sekaligus perbaikan bagi Linus. Sebelumnya, pengalaman pertamanya memandu saat menemani siswa-siswi baru Santa Maria yang sedang mengikuti MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) pertengahan Juli lalu. Dalam kesempatan itu ia lebih banyak diam dan sekedar mengarahkan rombongan ke ruang museum. Di ruang-ruang itu ia hanya mengingatkan anak-anak “Jangan sentuh barangnya ya!”

Keberanian dan kecepatan beradaptasi perlu diapresiasi. Di akhir masa magang, Suster memberi nilai Linus “SANGAT BAGUS”. 

Semoga Linus tidak cepat puas namun terus berlatih mengembangkan diri di berbagai kesempatan. Semoga dimasa mendatang cerita Linus dan Lesta, dua orang dari desa yang merantau ke kota, berakhir manis sesuai harapan dan cita-cita mereka.***
Linus, bersama Staff Museum

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...