Sabtu, 22 Desember 2018

TAMU dari MARITIEM MUSEUM, BELANDA

Di depan Museum Santa Maria

Sekitar jam 11 Senin 3/12/2018, Bu Siska penanggung jawab kantin unit produksi SMK Santa Maria mengetok pintu sekretariat. 

“Permisi, Suster Lucia ada?”
 “Sedang keluar kota, Bu. Ada yang bisa dibantu?” “”Ada Pak Max, teman suster.” 
“Pak Max? ooh di mana Bu?” Bergegas, pemandu keluar mengikuti Bu Siska. 

Pak Max menunggu di depan kasir bersama seorang wanita, bukan Petra istrinya. Setelah bertanya kabarnya, Pak Max memperkenalkan wanita disebelahnya,  Liesbeth "My collegue" So, “Where is Ibu Petra?” “She is in Bali.” 
“Lho, kenapa ditinggal?” 

Rupanya Pak Max diminta oleh Kementerian Pendidikan Nasional menjadi narasumber seminar selama sepekan di Senayan. Setelah itu dia ada acara di China. Dua hari di negeri Tirai Bambu, baru terbang ke Bali. 

Ibu Petra ada acara sendiri di Bali. Jadi sementara berpisah dulu. Sedangkan Liesbeth dari Museum Maritim Belanda ada di Jakarta dalam rangka liburan. Pak Max mengajak koleganya Liesbeth mampir ke Museum. 

Setelah dijelaskan bahwa Suster Lucia sedang ada acara di Bandung selama seminggu, Pak Max menitipkan sebuah paket dengan sebuah catatan untuk Suster Lucia. 
Sr. Maria & Sr. Lucia  say  "Thank you Pak Max & Ibu Petra for this present."
Kemudian ia mengajak Liesbeth keliling museum dan menjelaskan berbagai artifaks. Saat di Ruang Angela ada foto Kapal Herman, dibawah foto itu ada tulisan Modele du “Herman” 1855- Copy-right- Maritiem Museum, Rotterdam.” 
 “There is my office. I work there,” kata Liesbeth girang sambil menunjuk sebuah tulisan “Maritiem Museum, Rotterdam”. Sengaja Pak Max mengajaknya mampir ke Museum untuk menunjukkannya pada Liesbeth. “You will be her colleague” kata Pak Max ke pemandu.
“There is my office. I work there,” kata Liesbeth

Liesbeth mengagumi museum dan bangunan yang masih asli dan terawat. Terutama ia suka dengan kebunnya “Very beautiful. A quite place …..very beautiful” katanya berulang ulang. 

Pak Max yang akhirnya menjadi guide Liesbeth menjelaskan seluruh isi museum. Pak Max pernah dua kali ke museum, ia hafal ruang ruang dan koleksinya (lihat disini dan disini ).


Terima kasih Pak Max sudah memandu Liesbeth. Tidak lama di museum, pemandu mengajak Pak Max dan Liesbeth keliling area kompleks sekolah Santa Maria. Mereka melihat kapel, dan bangunan gedung lainnya. Sementara Liesbeth lebih suka menyapa anak-anak. Ia senang melihat anak-anak itu berlarian. 

Ia bertanya berapa murid disini. Saat dijawab “almost two thousand.” Ia terkejut “wow”.. “Santa Maria is a good school,” sahut Pak Max. Jumlah murid membuktikan bagusnya sekolah Santa Maria. 

Saat berada di samping kapel dan melihat kebun kecil, Liesbeth berseru “Wow beautiful.” Ia menanyakan apakah pemandu yang merawat. “No, not me but Pak Riyono, who take cares this small garden.“ Ia pun meminta foto bersama Pak Riyono. Liesbeth juga mengagumi beberapa pohon yang tumbuh di halaman kampus Santa Maria. Ada pohon sukun. “Its first time I see this tree.” Saat melihat jeruk bali sama juga “This is the first time I see. In Netherland there is no this tree.” 
Bersama Pak Riyono

Waktu melewati pohon nangka ia mengira ini durian “Hei, is this durian?” Noooo.. this is Nangka. “Hmmm.. jackfruit” Pak Max mengkoreksi. Sementara di SMP, Pak Max dan Liesbeth melihat pohon besar. Kami asik diskusi dibawah pohon besar itu. Apa itu nama pohonnya? Beringin bukan? Ah pemandu tidak tahu apa nama pohonnya. Pemandu hanya tau barang barang tua dan kuno. Nanti diusulkan kepada suster untuk memberi keterangan nama di setiap pohon yang tumbuh. 

Puas berkeliling, Pak Max & Liesbeth pamit. Mereka harus tiba kembali di Hotel Century Senayan jam 2 siang. Setelah mengisi buku tamu, mereka pamit dan berjalan ke arah jalan Pecenongan mencari taksi.***

Visitor Studies Cara Museum Memanjakan Pengunjung.

Pergeseran paradigma museum dari Collection oriented ke Public Oriented memaksa Museum harus berbenah dan meningkatkan kualitas pelaya...